Kamis 23 Apr 2015 04:43 WIB

Cinta Tanah Air Bisa Jadi Senjata Perangi ISIS

Negara-negara barat semakin khawatir anak-anak muda akan mudah terpancing untuk bergabung ISIS.
Foto: AFP
Negara-negara barat semakin khawatir anak-anak muda akan mudah terpancing untuk bergabung ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPR Fraksi PKB, KH Maman Imanulhaq (Kyai Maman) mengatakan, cinta Tanah Air bisa jadi senjata untuk memerangi masuknya paham radikalisme, terutama ISIS.

"Problem menanamkan arti cinta Tanah Air Indonesia terbentur dengan adanya ideologi transnasional dan transaksional. Bagi sebagian masyarakat ideologi itu dianggap sebagai ideologi internasional. Padahal kita tahu semua orang Indonesia harus punya sikap cinta Tanah Air karena orang yang tidak punya cinta Tanah Air, berarti mereka tidak memiliki sejarah," kata Kyai Maman.

Menurutnya, terkait beberapa keragaman agama, suku dan kebudayaan di Indonesia ada beberapa pemahaman berbeda tentang cinta Tanah Air. Tapi justru pemahaman cinta Tanah Air yang berbeda-beda membuat rasa nasionalisme muncul untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara, sesuai dengan agama masingmasing.

"Agama dan keyakinan itu bisa menjadi transformasi dalam mewujudkan perdamainan dan itulah yang dinamakan Indonesia. Saat Islam menjadi yang terbesar di Indonesia sekarang, kehidupan beragama bisa menjadi harmonis dan bisa berdampingan satu sama lain. Jika hal itu ditanamkan dan diperkuat, saya yakin paham-paham radikalisme akan sulit masuk ke negara kita," ungkap Kyai Maman.

Ia menilai, paham transnasional seperti ISIS harus dilawan dengan rasa nasionalisme yang tinggi. "Kita mengatakan Islam Indonesia, Kristen Indonesia, tetapi kita sepakat dengan identitas masing-masing sehingga toleransi berjalan dengan baik dan bisa berpikir moderat dalam memahami perbedaan," tuturnya.

Ideologi kedua, lanjut Kyai Maman, adalah ideologi transaksional. Ideologi ini, orang selalu menghitung materi dalam membuat keputusan.

"Ini salah salah satu yang ditawarkan ISIS. Orang berbondong-bondong bergabung dengan ISIS, karena 183 miliar per hari yang dihasilkan ISIS. Jadi kalau bergabung dengan ISIS, mereka akan mendapat banyak uang dan bisa berjihad atas nama Islam. Itu adalah promosi yang efektif bagi ISIS, meski sebenarnya hanya ilusi," tambahnya.

Apalagi, ucap dia, cara-cara ISIS jauh dari ajaran agama Islam. "Tidak mungkin ada agama yang membolehkan membunuh, penghinaan terhadap wanita, menghancurkan situs-situs agama," ungkap Kyai Maman.

Untuk melawan propaganda itu, Kyai Maman menggarisbawahi bagaimana kebijakan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat berjalan efektif.

"Kemiskinan dan kebodohan membuat orang mau bergabung dengan kelompok radikal ekstrem. Orang yang menghitung materi akan hilang ketika ia mencintai Indonesia. Caranya, buat kepastian hukum, hilangkan korupsi, dan sejahterakan masyarakat Indonesia. Ini menjadi tugas berat kita bersama, terutama pemerintah," ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement