REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya berusaha 'membangkitkan' Michael Jackson di Stadion Siliwangi, Bandung dalam pertunjukan musik angklung untuk side event Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015.
"Andai Michael Jackson, sang legenda pop dunia asal Amerika itu masih hidup, mungkin dia akan terbang ke Bandung, menjadi saksi gemuruhnya musik 'Angklung for The World', 23 April," kata Menpar Arief Yahya di Jakarta, Rabu (22/4).
Hal itu karena lagu ciptaannya, bersama Lionel Richi yang berjudul We are The World bakal menggoyang Stadion Siliwangi Bandung, dan mencatatkan diri menjadi rekor dunia terbaru dengan 20 ribu pemain.
"Terus terang, saya juga merinding dengan jumlah pemain angklung sebanyak itu, saya makin penasaran, seperti apa efek suara yang ditimbulkan di 'show' kolosal itu. Saya membayangkan, pasti spektakuler dan memukau! Dan itu akan menjadi bahan perbincangan di arena Peringatan KAA ke-60," ujar Arief.
Menurut dia, angka 20 ribu itu bukan sembarangan, sebab angka yang sulit, koordinasinya juga tidak mudah. Rencananya, tribun lapangan sepak bola akan penuh dengan lautan angklung.
Seperti diketahui, alat musik yang terbuat dari bambu itu sudah terdaftar dan dicatatkan sebagai Warisan Budaya Dunia atau 'The Intangible Heritage of Humanity', Unesco, sejak Kamis, 18 November 2010 di Nairobi, Kenya, Afrika atau sudah hampir 15 tahun.
Keberadaan angklung sebagai warisan budaya dan diakui oleh lembaga PBB yang bergerak di bidang Pendidikan dan Kebudayaan itu menyusul setelah keris, wayang, dan batik yang lebih dulu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia.
"Kita harus bangga dengan karya budaya asli itu. Anak-anak muda juga bisa bermain angklung dengan indah," ujar menteri kelahiran Banyuwangi, Jatim itu.
Unesco menilai, angklung memenuhi kriteria sebagai warisan budaya bukan benda yang diakui dunia internasional. Angklung juga dianggap menjadi bagian penting identitas budaya Jawa Barat dan Banten. Seni musik ini mengandung nilai-nilai dasar kerja sama, saling menghormati dan harmonisasi sosial.
"Karena itu, menampilkan angklung di pentas internasional sebagai side event-nya Peringatan KAA sudah pas. Ada kekuatan budaya yang bisa ditampilkan di saat banyak orang asing yang berkunjung ke Bandung," jelasnya.