Rabu 22 Apr 2015 00:39 WIB

Wisatawan Afrika Belum Lirik Indonesia

  Bendera-bendera negara peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) sudah terpasang di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Senin (20/4).  (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika Bandung
Bendera-bendera negara peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) sudah terpasang di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Senin (20/4). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Peringatan ke-60 Konferensi Asia-Afrika di Jakarta dan Bandung menjadi etalase Indonesia untuk tidak hanya membahas isu-isu strategis perdamaian dunia, namun menawarkan "aroma terapi" yang mengendurkan urat tamu negara melalui potensi pariwisata.

Menjadi ujung tombak pariwisata Indonesia, Menteri Pariwisata Arief Yahya tidak mau membuang kesempatan tersebut untuk pamer potensi pariwisata ketika digelar pertemuan pejabat tingkat tinggi dan KTT KAA di Jakarta.

Tak kurang ada enam pameran yang digelar selama peringatan 60-tahun KAA. Keenam pameran tersebut adalah Exhibition of Indonesia Sout-South Cooperation, Indonesia Heritage Exhibition, Investment Opportunities Exihibition, World Culture Forom Exhibition, Archive Exhibition of Asian African Conference 1955, dan Exhibition of Finest Handcrafts and Traditional Drink from Indonesia.

"Acara ini bakal menjadi salah satu obat penurun tensi dalam rangkaian side events peringatan KAA," kata Menpar Arief Yahya ketika membuka pameran yang merupakan "side event" KAA pada Ahad (19/4). Sektor pariwisata merupakan motor penggerak yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di seluruh dunia.

World Travel & Tourism Council (WTCC), dewan pariwisata dunia pada 2014 mencatat Industri travel dan pariwisata menyumbang 9,8 persen PDB dunia, atau sebesar 7,6 triliun dolar AS serta menjadi lapangan kerja bagi 277 juta orang, atau satu dari 11 pekerjaan di dunia.

Sementara itu, sektor pariwisata Indonesia sendiri pada 2014 hanya berkontribusi 3,78 persen terhadap PDB nasional, atau senilai 10,69 miliar dolar AS. Namun demikian, masih ada ketimpangan distribusi jumlah pelancong yang menuju ke tanah air karena selama ini wisatawan asing di Indonesia masih didominasi oleh mereka yang datang dari negara-negara Asia Tenggara ditambah Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan.

Sedangkan, menurut Menpar, Indonesia belum menyasar wisatawan asal Afrika dalam menggairahkan pariwisata Tanah Air. Baru Mesir yang masuk radar karena termasuk ke wilayah Timur Tengah. "Faktor kedekatan jarak, biaya perjalanan serta daya beli wisatawan membuat Indonesia masih fokus mengincar kedatangan pelancong asing dari negara-negara terdekat," kata Arief.

Padahal Indonesia dan negara-negara di kawasan Afrika mempunyai sejumlah potensi yang sama yaitu melimpahnya sumber daya alam dan budaya yang bisa dikelola untuk sektor pariwisata.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement