Selasa 21 Apr 2015 08:58 WIB

Kasus Gizi Buruk Terus Bertambah

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Satya Festiani
Gizi buruk (Ilustrasi).
Foto: IST
Gizi buruk (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Data angka penderita gizi buruk di Kabupaten Wonogiri, Jateng, kian memprihatinkan. Hanya dalam kurun waktu tiga bulan saja, di sana ditemukan 43 kasus baru. Hingga kini, tercatat 312 kasus.

Penderita gizi buruk merata di seluruh wilayah di sana. ''Angka kasus itu tersebar di 25 kecamatan yang ada,'' ungkap Mubarok, Kepala Bidang (Kabid) Upaya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabuopatan (DKK) Wonogiri Widodo, Selasa (21/4).

Menurut Mubarok, total kasus gizi buruk hingga akhir Maret 2015, tercatat 312 buah. Sementara, kasus baru pada awal tahun, hingga sekarang 43 kasus. Kejadian yang sama pada 2014 ada 331 kasus. Namun, sebagian kecil sudah bisa ditangani hingga di akhir tahun kemarin menjadi 269. Tapi, sejak awal tahun meroket kembali menjadi 312 kasus gizi buruk.

Kasus gizi buruk sering kali mengalami naik-turun. Menurut Mubarok, kasus gizi buruk lebih seringkali mengalami kenaikan. Tapi, dengan tiba-tiba menurun. ''Keseluruhan penderita berada dibawah usia 5 tahun (Balita),'' katanya.

Ironisnya, lanjut Mubarok, ''Bantuan dari pemerintah pusat untuk penderita gizi buruk, tahun ini kosong. Padahal, tahun lalu ada. Hal ini sangat disayangkan, mengingat bantuan dari APBD Kabupaten yang hanya Rp 12 juta setahun. Jelas, dana ini tidak mencukupi''.

Pada tahun lalu, bantuan dari pusat ada. Menurut Mubarok, bantuan makanan pendamping. Sedangkan bantuan dari APBD Kabupaten Wonogiri, hanya untuk rawat jalan dan rawat inap.

Diakui memang, penderita gizi buruk kian tahun terus bertambah. Total penderita saat ini sebanyak 312 buah. Ironisnya, pemerintah pusat justru tidak memberikan bantuan apapun. Sedangkan bantuan dari daerah terlalu minim.

DKK Wonogiri mengakui, jumlah Balita gizi buruk kemungkinan besar lebih dari angka tersebut di lapangan. Hal ini didasarkan pada temuan sebelumnya. Disisi lain, pihak keluarga yang malu, menutup diri, atau malah merahasiakan. Sehingga tidak terdata.

''Padahal, keterbukaan keluarga sangat penting untuk terus mengupayakan meminimalisir kasus ini.

Soal penyebab, masih menurut Mubarok, beraneka ragam. Ada yang lantaran faktor ekonomi, ada pula yang karena salah asuhan, maupun adanya penyakit. Faktor ekonomi, misalnya, orang tua Balita miskin. Sehingga asupan gizi sangat tidak terpenuhi. Malah, orang makan jangankan berfikir memenuhi gizi cukup. Makan untuk kenyang saja tidaK sampai terpenuhi.

Jenis penyakit juga menyebabkab anak menederita gizi buruk. Contoh, tubercolusis (TBC), atau hydrocepallus. Dengan adanya penyakit pada tubuh Balita, penyerapan gizi akan menjadi terhambat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement