Selasa 21 Apr 2015 11:52 WIB

KAA ke-60, Ajang Indonesia Berperan di Kancah Internasional

Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 di Jakarta Convention Center, Senin (20/4).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 di Jakarta Convention Center, Senin (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Semangat Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60, merupakan keunggulan Indonesia untuk berperan di kancah pergaulan internasional sekaligus sebagai kekuatan strategis sosial, ekonomi dan politik dunia, kata Pakar Hubungan Internasional Universitas Pasundan Bandung Dr Tine Ratna Poerwantika di Bandung, Senin (20/4).

"Konferensi Asia Afrika merupakan refresentasi dari keunggulan geostrategi dan geopolitik Asia Afrika, sekaligus keunggulan Indoneia untuk berperan dalam pergaulan politik global," kata Tine Ratna Poerwantika pada Seminar 'Momentum KAA Peluang Penting Bagi Indonesia di Bidang Sosial, Ekonomi Politik' di kampus Stipar-Aktripa Yapari Kota Bandung.

Dia menyebutkan, dampak KAA yang begitu besar bagi kehidupan bangsa di Asia Afrika dengan merebut kemerdekaanya, spirit global itu perlu terus dijaga oleh Indonesia sebagai pemrakarsa konferensi.

Menurut dia, peringatan ke-60 KAA tidak sebatas peringatan 10-tahunan, namun ada gelora yang tetap terjaga, meski konstelasi kekuatan dunia, politik global serta perkembangan sosial ekonomi dunia yang sudah berubah.

"Justru di situ semangat dan karakter Indonesia dan bangsa-bangsa Asia Afrika harus bisa mempertahankan spirit Dasa Sila Bandung dengan tetap mempertahankan karakter, jati diri seperti yang digelorakan oleh para pendiri bangsa yang terlibat dalam konferensi itu," kata Tine.

Dengan jumlah penduduk Asia Afrika yang mencapai 70 persen, kata dia sudah jelas merupakan kekuatan geostrategi dan menjadi peluang positif bagi bangsa Asia Afrika, termasuki bagi Indonesia. Dia menyebutkan, respon dan kehadiran para pemimpin negara di Asia Afrika yang akan hadir pada peringatan ke-60 KAA yang mencapai 109 negara, jelas menunjukkan respon dan semangat Asia Afrika masih kuat.

Kehadiran sejumlah negara peninjau yang juga menjadi mitra sterategis negara-negara berkembang, kata Tine juga menjadi sebuah bukti potensi kebersamaan yang terjalin masih sangat kuat.

"Ajang ini sangat strategis, penting dan potensial untuk Asia Afrika, sebuah ajang multilateral yang harus dijadikan momentum strategis untuk menjawab dan mencari solusi permasalahan yang dihadapi Asia Afrika, terutama sektor ekonomi dan pengentasan kemiskinan," katanya.

Lebih lanjut, pakar Hubungan Internasional Unpas itu menyebutkan, perlu ada langkah-langkah kongkret dari konferensi itu, salah satunya penekanan dan penguatan kerja sama yang lebih riil, termasuk dalam menyikapi pasar bebas.

"Perlu ditekankan adanya satu semangat memandang pasar bebas sebagai sebuah peluang. Fenomena pasar bebas tidak bisa dihindarkan, dan itu harus dipandang menjadi sebuah peluang bersama bukan sebuah ancaman," katanya.

Yang tidak kalah penting, kata Tine, adalah komitmen Asia Afrika untuk meningkatkan stabilitas keamanan dan politik yang saat ini menjadi permasalahan di sejumlah kawasan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement