REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (Senior Official Meeting/SOM) Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta Convention Center, Ahad (19/4), menjadi acara pertama KAA ke-60. Sayangnya, acara pertama tersebut berlangsung cukup alot.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Armanatha Nasir mengatakan, hal tersebut membuat acara yang dijadwalkan selesai pada pukul 18.00 WIB menjadi mundur sekitar dua jam. Sebab, ada dua paragraf di Bandung Message dan tiga paragraf di Deklarasi of the New Asian-Africa Strategic Partnership (NAASP) yang masih perlu pembahasan lebih lanjut.
Ia menuturkan, alotnya pembahasan tersebut karena adanya perubahan kalimat dan penajaman substansi. Diantaranya, terkait pembahasan pariwisata dan dekolonisasi.
"Jadi, pada saat ini kita harus bayangkan, bahwa ada puluhan negara untuk menyepakati hal tersebut memerlukan waktu," kata dia.
Sementara itu, untuk Deklarasi Palestina tidak menemui kendala. Deklarasi yang berisi sekitar 11 hingga 12 butir poin tersebut sudah disepakati oleh para SOM. Hal itu karena tidak adanya penambahan isu-isu baru dalam deklarasi tersebut. "Pastinya untuk isu Palestina tidak akan pernah ada yang keberatan," tegasnya.
Ia menuturkan, tujuan deklarasi Palestina memang untuk menekankan adanya dukungan Asia Afrika terhadap proses mendapat kemerdekaan Palestina. Nantinya, negara di kawasan Asia Afrika akan memberi bantuan kapasitas terhadap rakyat Palestina.
"Setelah negara tersebut memperoleh kemerdekaannya, rakyat Palestina membutuhkan kemampuan untuk menjalankan pemerintahan," ungkapnya.
Seperti diketahui, SOM membahas tiga dokumen penting, yakni Bandung Message, Deklarasi NAASP, dan Deklarasi Palestina.