REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pertalite, produk baru Pertamina berupa BBM dengan kandungan RON 90 yang akan diluncurkan Mei mendatang, ternyata sudah direncanakan Pertamina sejak 2007. VP Ritel dan Marketing Pertamina Iskandar mengatakan, seharusnya Pertalite ini bisa diluncurkan pada 2007 lalu, namun selalu tertunda karena iklim pasar yang tidak sesuai.
Iskandar mengungkapkan, gap atau disparitas harga yang tinggi antara Premium yang masih disubsidi dengan Pertamax saat itu masih sangat tinggi. Masyarakat masih sangat menggandrungi produk Premium. Sehingga, Pertamina menilai, bila Pertalite diresmikan saat itu maka otomatis tidak akan laku lantaran minat masyarakat yang masih minim dengan produk BBM non subsidi.
Tahun 2015 ini, lanjutnya, adalah momen yang tepat bagi Pertamina untuk luncurkan Pertalite dengan alasan gap harga antara Premium dengan Pertamax yang semakin tipis.
"Nah waktu saat ini pas. Jadi gap antara ron 88 dan 92 tidak jauh lagi. Kalau dulu kita rilis tanpa subsidi pasti gagal," ujar Iskandar, Ahad (19/4).
Iskandar menyebut, peluncuran Pertalite tidak semata untuk sisi bisnis. Dia menyebut bahwa produk baru ini sebagai jawaban atas rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang diketuai oleh Faisal Basri utnuk menyetop impor RON 88. Iskandar menyebut, dengan beralihnya masyarakat ke produk RON 90 dan 92, maka perlahan impor RON 88 akan berhenti.
"Namun posisi Pertamina untuk melaunching RON 90 perlu digaris bawahi ini tidak menghapus Premium. Program ini adalah menambah varian produk, sesuai tuntutan di dunia otomotif. Ada minimal requirement. Kenapa sekarang? Kami balancing dari rekomendasi tim reformasi," ujarnya lagi.