Ahad 19 Apr 2015 17:37 WIB
Konferensi Asia Afrika 2015

Indonesia Bawa Isu Narkoba di KAA

Bendera peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) terpasang dijalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (15/4).(Republika/Tahta Aidilla).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Bendera peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) terpasang dijalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (15/4).(Republika/Tahta Aidilla).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penanggung jawab peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, Indonesia berinisiatif membawa isu narkoba dalam forum KAA tersebut.

"Indonesia akan bahas mengenai narkoba. Saat ini, di Indonesia narkoba menjadi musuh terbesar," katanya usai pembukaan pameran Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) sebagai bagian dari rangkaian acara KAA 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (19/4).

Luhut mengatakan persoalan narkoba di Indonesia sudah mengkhawatirkan dengan mengacu pada data Badan Nasional Narkotika (BNN) yang menyebut sebanyak 33 orang meninggal setiap hari di Indonesia karena kasus penyalahgunaan narkoba.

"Karena narkoba ini 'cross the border', tidak mengenal suku, agama, dan pekerjaan. Kita harus sama-sama menyelesaikan ini supaya masa depan bangsa pada generasi mendatang akan lebih baik," ujarnya yang juga merupakan Kepala Staf Kepresidenan.

Selain akan membawa isu narkoba dalam forum, tambah Luhut, grup rock Slank juga akan menyelipkan pesan antinarkoba dalam penampilannya nanti di konser KAA 2015.

"Presiden setuju konser Slank dibuat untuk memberikan pesan kepada anak-anak muda bahwa mari sama-sama kita melawan narkoba," katanya.

Luhut menambahkan, pada KAA 2015 akan membahas persoalan kemanusiaan di kawasan Timur Tengah. Masalah hak asasi manusia, kemanusiaan, keadilan, dan ISIS akan menjadi sorotan penting dalam konferensi tingkat tinggi itu.

Menurut Luhut, Indonesia sebagai negara dengan keragaman budaya akan membagi pengalamannya dalam membangun toleransi.

"Masalah keadilan dan kemanusiaan itu kan jadi isu yang sangat sensitif sekarang. Kalau kita lihat sekarang sudah ratusan ribu yang mati di Syria," kata Luhut.

"Kita akan membagi pengalaman kita pada teman-teman bagaimana kita membangun toleransi, meskipun berbeda-beda tetapi tidak harus bunuh-bunuhan," tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement