Ahad 19 Apr 2015 16:30 WIB

Peneliti Mancanegara Tertarik Pelajari Subak

Subak di Tabanan, Bali
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Subak di Tabanan, Bali

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sejumlah peneliti mancanegara kini mulai tertarik mempelajari keunggulan dan kearifan lokal organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) yang telah ditetapkan UNESCO menjadi Warisan Budaya Dunia (WBD) di Bali.

"Kearifan lokal yang esensial dalam perannya sebagai sistem irigasi untuk mendistribusikan air irigasi secara adil kepada semua anggota subak (petani)," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia Ahad (19/4).

Ia mengatakan, irigasi subak merupakan suatu sistem irigasi yang bersifat sosio-teknis, yakni aspek teknis yang diterapkan dalam sistem subak disesuaikan dengan aspek sosial-budaya yang berkembang dalam kawasan tersebut.

Hal itu sesuai dengan aturan yang berkaitan dengan sistem irigasi yang menyatakan bahwa pada dasarnya suatu sistem irigasi seharusnya bersifat sosio-teknis.

"Jadi, dalam sistem subak itu juga berkembang karakter teknologi sesuai dengan adat dan budaya masyarakat setempat. Dengan demikian, sistem subak di Bali dapat juga dipandang sebagai suatu teknologi yang telah berkembang menjadi budaya masyarakat setempat," ujar Windia.

UNESCO mengakui subak sebagai WBD sejak 29 Juni 2012, yang meliputi empat kawasan sebagai satu kesatuan terdiri atas Catur Angga Batukaru di Kababupaten Tabanan, Pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, Hulu Sungai Pakerisan, Kabupaten Gianyar, serta Pura Ulun Danu Batur dan Danau Batur di Kabupaten Bangli.

Khusus di Kabupaten Gianyar yang menjadi WBD di Hulu Sungai Pakerisan yakni tiga subak meliputi Subak Pulagan, Subak Kulub Atas dan Kulub Bawah, serta empat pura, yakni Pura Tirta Empul, Pura Mengening, Pura Pegulingan, dan Pura Gunung Kawi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement