REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana pemerintah yang akan menghapuskan bensin jenis Research Octane Number (Ron) 88 atau premium mulai Mei mendatang disambut baik pengamat energi Fabby Tumiwa.
Fabby menilai sah-sah saja Ron 88 dicabut, lantaran buruknya kualitas bahan bakar dibandingkan dengan Pertamax/Ron 92. Selain itu, ia menilai biaya penyediaan Ron 88 juga tergolong mahal.
"Kita perlu mendapatkan pilihan bahan bakar yang lebih baik, dengan harga jual Pertalite Ron 90 yang lebih murah daripada Pertamax, konsumen punya pilihan lain," ujarnya, akhir pekan ini.
Meski begitu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) ini juga mengharapkan proses migrasi Ron 88 ke Ron 90 haruslah dikelola secara baik dan jangan sampai menimbulkan kelangkaan pada implementasinya di lapangan.