REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Program Pascasarjana Universitas Paramadina Dinna Wisnu mengatakan Indonesia memiliki peran menjadi penyeimbang dan penjaga stabilitas politik dan keamanan bagi kawasan Asia-Afrika.
"Kerja sama di Asia Pasifik terus berkembang. Namun, di sisi lain, kompetisi juga tinggi. Muncul ketidakpercayaan dan saling curiga antarnegara di kawasan tersebut," kata Dinna Wisnu yang dihubungi di Jakarta, Sabtu (18/4).
Ketua Program Pascasarjana Jurusan Diplomasi Universitas Paramadina itu mengatakan Indonesia ikut menentukan situasi kondusif di kawasan tersebut. Indonesia ikut berusaha menjaga agar persaingan dan saling curiga di kawasan Asia-Afrika tidak memburuk.
"Indonesia ikut berperan, misalnya dalam sengketa di Laut China (Tiongkok) Selatan yang menyebabkan perpecahan di antara beberapa negara ASEAN. Begitu pula dalam kompetisi ekonomi yang cukup tinggi di ASEAN, Indonesia ikut berperan menjadi penyeimbang," tuturnya.
Namun, meskipun sudah berusaha menjadi penyeimbang dan menciptakan suasana kondusif, Dinna menilai peran Indonesia belum optimal dan signifikan.
Misalnya, saat pemerintahan saat ini, Presiden Joko Widodo lebih berorientasi kepada permasalahan dalam negeri. Masalah internal bangsa lebih menjadi prioritas bagi pemerintah, bukan masalah regional apalagi global.
"Itu berbeda dengan ketika Presiden Soekarno pada 1955 menginisiasi Konferensi Asia Afrika pertama kali di Bandung. Sukarno menganggap permasalahan di internal bangsa bisa terselesaikan bila permasalahan di tingkat internasional bisa diselesaikan," katanya.
Karena itulah, pada saat itu Indonesia bersama negara-negara Asia Afrika, berusaha mendatangkan negara-negara kunci seperti Tiongkok dan India, untuk mencari "platform" bersama secara multilateral yang akan ditindaklanjuti secara bilateral.
"Presiden Jokowi saat ini lebih berorientasi pada permasalahan domestik dan bilateral. Pada Konferensi Asia Afrika kali ini, Indonesia harus bisa menjadi pengikat dan memberikan inspirasi bagi bangsa lain," tuturnya.