REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Saleh Husin meminta industri untuk memperbanyak penggunaan bahan baku lokal guna memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman nasional.
"Penyediaan bahan baku harus diperbanyak, terutama dari lokal. Jika tidak, bisa menghambat peningkatan kapasitas produksi," kata Menperin Saleh Husin melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (17/4).
Menurut Menperin, keterbatasan infrastuktur membuat ekspansi terkendala, seperti ketika ingin memperluas dan mendekatkan pabrik ke lokasi sumber bahan baku.
Industri makanan dan minuman menikmati pertumbuhan karena ditopang jumlah penduduk yang mencapai 250 juta orang sebagai pasar domestik. Selain itu, pasar ekspor ke regional dan global yang terus berkembang mendongkrak pengembangan industri ini.
Meski demikian, industri tersebut masih dihimpit beberapa tantangan yang mendesak diselesaikan, antara lain adanya kekurangan bahan baku, infrastruktur yang terbatas, kurangnya pasokan listrik, energi gas, dan suku bunga yang tinggi untuk investasi.
Produksi bahan baku lokal, lanjut Menperin, sekaligus menjamin kelangsungan produksi karena menghindari ketergantungan dari pasokan bahan baku impor dan menguatkan daya saing. "Artinya, kita mesti memperkuat struktur industri makanan minuman," ujarnya.
Menperin hadir di Gresik untuk kunjungan kerja ke sejumlah industri makanan dan minuman, seperti PT Karunia Alam Segar, unit produksi mi instan, dan minuman milik Wings group.
Sejauh ini, pemerintah pusat dan daerah terus mengupayakan berbagai perbaikan di bidang iklim usaha, baik fiskal maupun nonfiskal, seperti penyediaan bahan baku dari lokal dan penyediaan bunga bank yang bersaing sebagai fasilitas pembiayaan mendongkrak kapasitas dan ekspansi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri makanan dan minuman, termasuk tembakau, terhadap PDB industri nonmigas pada tahun 2014 sebesar 30 persen.
Sementara itu, laju pertumbuhan kumulatif industri makanan dan minuman pada tahun 2014 sebesar 9,54 persen, atau meningkat dari tahun 2013 yang sebesar 4,07 persen. "Penguatan industri ini menjadi andalan ketika kita ingin meningkatkan nilai tambah produk primer hasil pertanian," kata Menperin.