Jumat 17 Apr 2015 17:09 WIB

Istri Atlaoui Mengaku Alami Siksaan Psikologis

Sabine Megel Atlaoui, istri terpidana mati Serge Arezki Atlaoui.
Foto: Antara
Sabine Megel Atlaoui, istri terpidana mati Serge Arezki Atlaoui.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sabine Atlaoui, istri terpidana mati Sergei Atlaoui yang berasal dari Prancis, mengaku mengalami penyiksaan psikologis selama mengikuti proses hukum suaminya.

"Penyiksaan psikologis dialami oleh saya, keluarga, anak-anak dan Serge sendiri. Seperti waktu sidang pertama Peninjauan Kembali (PK) di Tangerang," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (17/4).

Dia mengatakan saat itu sidang baru selesai dan seorang pegawai dari kejaksaan datang untuk bertemu dengan Serge yang masih di sel. Pegawai tersebut menanyakan berapa ukuran baju Serge karena mereka ingin memesan baju yang akan dipakai untuk eksekusi. Sedangkan itu masih sidang pertama.

Hal tersebut, menurut dia, merupakan wujud ketidakhormatan atas hak Serge Atlaoui. Selain itu dalam sidang tersebut, kata Sabine, merupakan pertama kali anak-anaknya melihat ayah mereka diborgol.

"Itu merupakan gambar peristiwa yang sangat mengejutkan dan membawa trauma," kata Sabine.

Dia juga mengakui waktu pembesukan cukup terbatas, yaitu hanya diberi kesempatan dua hari dalam satu pekan dengan alokasi waktu selama dua jam.

"Dalam beberapa hari lagi saya akan pulang ke Prancis dengan rasa khawatir yang sangat mendalam, namun saya memiliki harapan pada upaya hukum yang masih diperiksa Mahkamah Agung (MA). Kami meminta keadilan, itu saja, dan saya rasa sah-sah saja kami hanya meminta agar keadilan ditegakkan," kata Sabine.

Serge Atlaoui, warga negara Prancis divonis mati pada 2007 oleh MA setelah dia bersama beberapa orang lainnya dinyatakan terlibat dalam pengoperasian pabrik ekstasi terbesar di Asia yang berlokasi di Cikande, Kabupaten Serang, Banten.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement