Jumat 17 Apr 2015 15:27 WIB

Mahasiswa: Paham Kekerasan Jadi Masalah Serius

Massa melakukan aksi tolak ISIS.
Foto: Antara
Massa melakukan aksi tolak ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan mahasiswa mengatakan bahwa paham kekerasan sudah menjadi ancaman serius bagi Indonesia, termasuk generasi muda. Karena yang dibutuhkan masyarakat adalah kedamaian bukan radikalisme.

Disebutkan, tameng utama untuk menahan ancaman itu terletak di tangan anak muda itu sendiri. Selain juga pentingnya peran keluarga dan negara.

"Saat ini radikalisme sudah jadi ancaman yang membahayakan bagi generasi muda karena masif dan ternyata banyak anak muda yang terpengaruh dan kemudian berangkat ke negara lain karena yakin dengan paham radikal itu,” kata ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Andi Aulia Rahman, Jumat (17/4).

Menurutnya, ancaman itu harus dicegah. Karena yang dibutuhkan generasi muda adalah kedamaian. Cara ampuh untuk mencegah ancaman itu adalah dengan menyaring semua informasi yang diterima. 

"Kita bisa filter informasi radikal dengan browsing di internet, bertanya ke  keluarga atau dosen,” katanya.

Menurutnya, menangkal radikalisme tak bisa diserahkan seluruhnya kepada negara. Ada tameng penting kedua untuk mencegah radikalisme, yaitu keluarga. 

"Keluarga adalah tempat kita kembali, karena itu peran keluarga sangat kuat untuk menahan pengaruh radikalisme. Kita jangan terlena dengan media sosial. Kita perlu kedamaian untuk membuat semuanya lebih baik," kata Andi. 

Keluarga, menurutnya, adalah tiang utama bagi anak muda.

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Adnan Anwar menambahkan, tidak ada alasan buat Warga Negara Indonesia (WNI) menerima pengaruh radikal dan ikut-ikutan pergi ke Timur Tengah dan bergabung di kawasan konflik. Apalagi, sampai bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Ia menegaskan, konflik yang terjadi di Timur Tengah yang terkait dengan ISIS, secara ideologi dan geopolitik sebenarnya tidak terkait dengan Indonesia. "Sebenarnya hal tersebut terjadi akibat konflik perebutan sumber daya alam di kawasan Timur Tengah," kata dia.

Adnan menyimpulkan, langkah WNI yang telah pergi ke sana, adalah pilihan yang salah. "Jadi kalau ada mobilisasi ISIS di Indonesia menurut saya sudah salah arah. Tidak ada jihad di situ, tapi  yang terlibat di Suriah justru saling membunuh dan tidak ada kedamaian. Itu salah besar karena yang membunuh dan dibunuh sama-sama orang-orang Islam," ujar Adnan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement