Jumat 17 Apr 2015 15:20 WIB

Waspada, Lima Daerah di Jakarta Rawan Serangan Rayap!

Wokrshop pemetaan dan pengendalian rayap di Jakarta.
Foto: dokn Humas IPB
Wokrshop pemetaan dan pengendalian rayap di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan rayap kerap tak diketahui. Masyarakat baru sadar jika perabotan atau perkakas dari kayu lapuk dan akhirnya tak bisa dipakai.

Khusus di wilayah Jakarta, para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengigatkan akan daerah atau wilayah yang rentan terhadap serangan hewan ini. Hasil penelitian mengungkapkan, lima wilayah di Jakarta menjadi daerah paling rawan serangan rayap. Kelima daerah dimaksud yakni Ciracas, Kramat Jati, Pasar Minggu, Kebayoran Lama, dan Cilincing.

Menurut Guru Besar Fahutan IPB Prof Dr Dodi Nandika, Indonesia adalah surga bagi rayap. Dimana iklim Indonesia memiliki suhu udara yang hangat namun memiliki kelembaban udara yang tinggi. Kondisi tersebut sangat sesuai untuk perkembangbiakan rayap.

"Karenanya, bahaya serangan rayap sangat penting untuk ditanggulangi. Pada tahun 2015, dugaan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan rumah di Indonesia sebesar 8,68 triliun rupiah, sedangkan pada rumah dan bangunan gedung lainnya sebesar 10 triliun rupiah,” papar Prof Dodi saat berbicara dalam workshop “Mitigasi Bahaya Serangan Rayap Pada Bangunan Gedung" di Jakarta, Kamis (16/4).

Workshop diselenggarakan dengan melibatkan kelompok Kerja Patologi Bangunan dan Pengendalian Rayap, Fakultas Kehutanan (Fahutan) IPB. Acara ini digelar dengan agenda antara lain sosialisasi dan diskusi pemetaan daerah rawan rayap di DKI Jakarta, regulasi yang direvisi tentang penanggulangan bahaya rayap, serta menjalin ikatan baru dengan perusahaan-perusahaan pest control seiring dilantiknya Pengurus Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia (ASSPHAMI).

Workshop dibuka secara resmi oleh Wakil Dekan Fahutan IPB, Dr Naresworo Nugroho. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa penelitian tentang penanggulangan rayap sudah dilakukan sejak lama. Melalui workshop ini, tambahnya, akan dibahas terkait kebijakan penanggulangan rayap yang baru, persiapan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dan bagaimana mengaplikasikan banyaknya penemuan dan teknologi antirayap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement