REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Banyak wisatawan mancanegara (wisman) menyayangkan aturan baru yang membatasi peredaran minuman beralkohol (minol), khususnya bir dengan kandungan di bawah lima persen di Indonesia. Turis asal Jerman, Daniel Kowalski menyadari bahwa Indonesia adalah negara konsumen alkohol terendah di Asia Tenggara dan mayoritas penduduknya adalah Muslim, namun, rata-rata wisman menyukai bir.
"Beberapa orang mungkin akan berkata jika mereka tak bisa minum bir di sini (Indonesia), maka lebih baik mereka pergi ke Thailand," ujar Kowalski, dilansir dari ABC News, Jumat (17/4).
Toko-toko dan minimarket di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta dan Bali sudah menarik minol dari rak-rak penjualan mereka. Ada setidaknya 16 ribu minimaket dan 55 ribu toko kecil yang menjual minol di bawah lima persen.
Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel memberi keringanan khusus 16 daerah pariwisata di Bali dimana pengecer masih diperbolehkan menjual minol. Namun, itu hanya bisa dijual kepada wisman.
Data industri menunjukkan penjualan bir di Indonesia terus tumbuh sekitar lima persen setiap tahunnya. Mikol sebelumnya tersedia secara luas di kota-kota besar dan daerah wisata.
Seorang juru bicara Heineken, merek mikol populer di Indonesia mengatakan larangan ini tentu akan merugikan perusahaan di tingkat lokal. Raksasa multinasional, Diageo yang mendistribusikan merek-merek terkenal, seperti Guinness di Indonesia juga menyesalkan kebijakan ini. Meski demikian, aturan harus tetap ditegakkan dan seluruh pihak wajib mematuhinya.