Jumat 17 Apr 2015 08:00 WIB
Konferensi Asia Afrika 2015

Ini Tiga Bahasan Utama dalam Acara KAA

Bendera peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) terpasang dijalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (15/4).(Republika/Tahta Aidilla).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Bendera peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) terpasang dijalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu (15/4).(Republika/Tahta Aidilla).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Luar Negeri menyampaikan bahwa Pertemuan Konferensi Asia Afrika (KAA) akan fokus membahas tiga dokumen utama, yaitu Bandung Message, Deklarasi Penghidupan Kembali Kemitraan Strategis Asia-Afrika Baru, dan Deklarasi Dukungan Kemerdekaan Palestina.

"Secara garis besar pada pertemuan KAA akan fokus membahas tiga 'outcome documents', yaitu Bandung Message, Declaration of Re-invigorating New Asia Africa Strategic Partnership, dan Declaration on Palestine," kata Kepala Sub Direktorat Kerjasama Intra-kawasan Asia Pasifik Afrika Kemlu Ferdy Piay di Jakarta, Kamis (16/4).

Menurut Ferdy, pertemuan para pejabat tinggi (Senior Official Meeting/SOM) Asia-Afrika akan fokus pada elaborasi ketiga dokumen tersebut. "SOM akan dimanfaatkan untuk finalisasi pembahasan bahasa yang dipakai dalam ketiga dokumen tersebut," ujar dia.

Pembahasan ketiga dokumen utama itu kemudian akan dilanjutkan pada Pertemuan tingkat Menteri Asia-Afrika (Asia Africa Ministerial Meeting), dan hasil dari pembahasan ketiga dokumen itu akan diputuskan pada saat Pertemuan Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan (Asia Africa Leaders Summit).

Diplomat Fungsi Ekonomi Perwakilan Tetap RI di New York Purnomo Chandra mengatakan bahwa ketiga dokumen utama KAA itu telah dibahas dan dirundingkan oleh perwakilan negara-negara Asia dan Afrika sejak akhir Januari di New York.

"Kita sudah melakukan empat putaran perundingan besar di New York yang melibatkan sepertiga negara (Asia Afrika) yang diundang," ungkap dia.

"Dari empat tahap negosiasi itu, ada beberapa negosiasi kecil yang kita lakukan dengan beberapa negara. Misalnya, terkait isu Palestina, ada negara yang keberatan dengan bahasa yang digunakan karena dianggap terlalu keras padahal negara itu belum mengakui kemerdekaan Palestina," lanjut Purnomo.

Menurut dia, melalui perundingan dan pembahasan ketiga dokumen utama KAA itu diupayakan lahirnya produk-produk kerja sama yang lebih konkret dan lebih bermanfaat langsung bagi masyarakat Asia dan Afrika.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement