REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejak mengukuhkan diri sebagai perusahaan life science dunia ditahun 2014, PT Bio Farma langsung tancap gas. Perusahaan pelat merah yang berbasis di Bandung ini mulai memproduksi tiga jenis produk diluar vaksin dan serum.
Yakni, biosimilar, blood product, dan diagnostic kit yang selama ini masih diimpor dengan harga mahal. Kehadiran tiga produk baru ini juga akan menambah portofolio perusahaan.
Saat ini Direktur Produksi Bio Farma, Juliman, mengungkapkan Bio Farma juga bekerja sama dengan universitas dan produsen lain. Upaya ini dilakukan untuk mempercepat pemasaran produk.
“Kami bekerja sama dengan perusahaan atau produsen lain untuk bersinergi menyasar pasar Indonesia sambil melakukan riset pengembangan dengan institusi dalam serta luar negeri untuk mulai menghasilkan produk-produk tersebut secara mandiri seutuhnya,” katanya.
Produk life science merupakan produk-produk yang diolah dari produk biologi. Produk ini berasal dari makhluk hidup yang melalui proses rekayasa maupun dimurnikan dengan standar yang ketat dan aman.
Secara global, hingga akhir 2013, Bio Farma berhasil menambah jaringan ekspor baru ke 15 negara sektor swasta, 8 negara sektor institusi dalam lingkung Unicef, dan 14 negara dikawasan Amerika Latin. Di Indonesia, Bio Farma menjadi pemasok utama kebutuhan vaksin di Indonesia.
Juliman mengakui produk life science masih menjadi tantangan terbesar bagi Bio Farma di industri kesehatan Indonesia. Sebagai perusahaan milik negara, Bio Farma harus mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
“Intinya adalah kemandirian nasional. Pangsa pasar produk life science ini masih sangat besar dan menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk menghadirkan produk-produk berkualitas dengan harga yang bersaing,” ujarnya.