REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kalasan kekurangan tenaga tanam padi. Hal ini disampaikan oleh Ketua Kelompok Tani Tirto Makmur Tani Rukun, Kalasan, Probo Januriyanto pada acara wiwitan di Karang Kalasan, Tirtomartani, Kalasan.
Menurutnya kondisi tersebut terjadi di daerah lainnya di Kabupaten Sleman. "Ya di sini saja ada 35 hektar. Sedangkan tenaga tanam yang masih aktif hanya lima orang. Karena itu, kita sering ambil tenaga tanam dari Prambanan," tutur Janu, Kamis (16/4).
Walaupun kelompok tani yang dipimpin Janu beranggotakan 91 orang. Tetap saja, yang turun ke sawah hanya orang-orang tua. Kebanyakan di antaranya wanita berusia di atas 50 tahun. Adapun kebutuhan tenaga tanam sendiri adalah dua sampai tiga orang untuk seribu meter persegi. Biayanya mencapai Rp 80 ribu per orang sampai selesai.
Karena hal ini cukup mengkhawatirkan, akhirnya Kelompok Tani Rukun membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT). Anggotanya terdiri dari petani wanita berusia 35 tahun. "Ya ini kami buat agar semuanya bisa bersemangat dalam mengelola sawah," kata Janu.
Selain itu, ia menyampaikan beberapa permohonan kepada Bupati Sleman dan Pakualaman IX. Di antaranya, permintaan pendampingan pengelolaan irigasi dan pengadaan alat panen.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Gubernur DIY, Pakualaman IX menyampaikan keperihatinannya dengan kondisi anak muda sekarang yang enggan turun ke sawah. Padahal menurutnya sektor pertanian sangat penting untuk terus dikelola.
Inspektur I Kementerian Pertanian RI, Suprapto pun menambahkan bahwa ke depannya negara yang akan berjaya di dunia adalah negara yang menguasai sektor pertanian. "Sekarang negara lain mulai sulit mencukupi kebutuhan pangannya. Maka itu, kita harus mengambil peran strategis ini," ujarnya.