REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie mengapresiasi peluncuran buku "Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan" (edisi revisi) karya Ahmad Syafii Maarif di Auditorium CSIS, Jakarta Pusat, kemarin malam. Bagi Grace, Buya Syafii merupakan panutan di tengah Indonesia saat ini mengalami kekurangan stok negarawan.
Menurutnya, salah seorang yang sampai saat ini bisa disebut negarawan adalah Buya Syafii Maarif."Di usia menjelang 80 tahun, Buya masih terus menempatkan dirinya sebagai penarik garis tegas antara hitam dan putihnya bangsa dan pemimpin-pemimpin bangsa ini," ujar Grace lewat akun Twitternya @grace_nat, Rabu (15/4).
Selain Grace, hadir sejumlah tokoh dalam acara peluncuran buku Buya Syafii yang digelar Maarif Institute tersebut. Antara lain Ketua MPR Zulkifli Hasan, Sofyan Wanandi, Rizal Sukma, Jusuf Wanandi, Clara Juwono, Frans Magnis Suseno, dan Lie Kamadjaya.
Grace menjelaskan, satu kalimat Buya yang selalu dia ingat adalah 'telah lama bersimpang jalan antara perkataan dan perbuatan'. "Itu menunjukkan bahwa dalam proses perjalanan bangsa ini dibutuhkan konsistensi dan keselarasan antara pikiran dan tindakan," katanya.
Karena itu dalam kesempatan tersebut, Buya Syafii seolah menasehati dirinya secara pribadi, sebagai pendatang baru di dunia politik, agar tidak mencontoh praktik politik kumuh yang pada saat ini lumrah dilakukan. "Buya seolah-olah memberikan peringatan dini agar kader PSI tidak menjadi politisi rabun ayam yang hanya memperhatikan kepentingan jangka pendek dan lupa kepentingan panjang bangsa kita," sambung Grace.
Mantan presenter ini secara pribadi berharap dapat bertemu dengan Buya Syafii agak lebih rutin agar mendapat suntikan moral untuk menjaga niat baik terjun ke dunia politik. "Saya mendoakan Buya senantiasa diberi kesehatan dan kebugaran pikiran agar senantiasa menginspirasi kaum muda seperti kami. Tuhan telah mengirimkan Buya untuk Indonesia, pasti Tuhan masih sayang pada bangsa ini," katanya.