REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gerhana matahari total, yang terjadi setiap 275 tahun sekali di suatu daerah akan terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada 9 Maret 2016.
Gerhana ini, bisa terlihat di antaranya di Sumatra, Bangkabelitung, dan Kalimantan. Gerhana ini, akan terlihat di pagi hari. Misalnya, di Bangkabelitung, akan terlihat pada pukul 07.15 pagi.
Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin menjelaskan, pada 2016 akan terjadi gerhana matahari total yang bisa dilihat disebagian daerah saja. Di antaranya, Sumatra, Bangkabelitung dan Kalimantan. Ada tiga aspek penting, dalam kejadian alam itu. Yakni, ilmiah, publik, dan pariwisata daerah.
‘’Banyak pelajaran penting dari fenomena alam ini. Kami, memanfaatkan untuk bangsa kita dengan mengambil potensi budaya dan wisata,’’ katanya.
Thomas menjelaskan, gerhana matahari total ini, terjadi ketika piringan bulan yang berada di antara matahari dan bumi. Peristiwa astronomi langka ini, rata-rata berlangsung dua kali setiap tahun. Namun, hanya dapat diamati dari sebagian kecil wilayah di permukaan bumi.
Thomas mengatakan, pada 2001 hingga 2020 hanya terdapat tiga matahari yang teramati jelas di Indonesia. Yakni, gerhana matahari cincin pada 26 Januari 2009, gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 dan gerhana matahari cicnci pada 26 Desember 2016.
‘’Gerhana matahari total pada 9 Maret 2016, memiliki keistimewaan karena penduduk di seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan setidaknya gerhana matahadi di sebagian pagi hari,’’ katanya.
Thomas mencontohkan, di Kota Bandung gerhana sebagian bisa terlihat sekitar pukul 6.19 WIB. Durasinya, sekitar dua setengah menit. Namun, di daerah Banten gerhana sebagian bisa terlihat lebih lama. ‘’Durasi paling lama bisa dilihat di beberapa daerah tadi. Durasinya gerhana penuhnya bisa sampai 3 menit,’’ katanya.
Thomas meminta, masyarakat tak melihat gerhana matahari tersebut terus menerus. Karena, pupil mata bisa membesar. Yang paling membahayakan, saat pupil mata membesar, mataharinya tersibak. ‘’Itu bahaya. Kalau gerhana total bisa di lihat secara langsung. Tapi kalau gerhana sebagian tak jelas kalau di lihat tanpa kacamata,’’ katanya.
Menurut Pakar Astronomi, Bambang Hidayat, gerhana matahari total ini bukan hanya terkait dengan aspek ilmiah saja, Namun, aspek social, budaya serta informasi dan teknologi. Negara Eropa, selalu sangat agresif mempromosikan daerah gerhana. Karena, selalu di sambut dengan banyak peminat. Jadi, biro wisata di Indonesia harus siap menangkap peluang ini.
‘’Pada gerhana matahari total tahun 1983, Indonesia bisa menarik 300 ribu wisatawan karena di promosikan oleh dunia akan melewati Borobudur, salah satu dari tujuh keajaiban dunia,’’ katanya.