REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai bahwa energi nuklir diperkirakan bisa menjadi lebih aman dalam kurun waktu 10 tahun, setelah ada teknologi yang lebih maju.
"Nantinya kalau teknologi nuklir lebih aman, saya kira dalam 10 tahun nanti. Saya bicara dengan ahli nuklir mungkin tenaga nuklir itu di bawah tanah," kata Kalla, saat menjadi pembicara utama dalam Seminar Indonesia dan Diversifikasi Energi yang mengangkat tema "Menentukan Arah Kebijakan Energi Indonesia" di Hotel Borobudur, Jakarta pada Selasa (14/4).
Menurut Kalla, fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang terletak di bawah tanah memiliki tingkat keamanan yang lebih baik daripada berada di permukaan tanah.
Kalla mengatakan kendala pembangunan PLTN di Indonesia adalah karena banyaknya tentangan dari masyarakat. Selain itu, kendala lainnya adalah jika fasilitas nuklir didirikan di Pulau Belitung akan memakan biaya besar untuk membangun jaringan kabel listrik ke Pulau Sumatera, Kalimantan ataupun Jawa.
"Berarti hanya cocok di Pulau Jawa yang ada industrinya atau ditempat lain. Tetapi di Pulau Jawa ada 'Ring of Fire', banyak gempa. Untuk yang Belitung cocok. Namun, Belitung berapa kebutuhan (listriknya), mau dikasih kabel ke Pulau Jawa mahal sekali. Di Kalimantan juga bisa, tetapi ada sumber batu bara yang lebih banyak," tutur Kalla.
Menurut Kalla, tenaga nuklir menjadi pilihan energi alternatif yang terakhir untuk di Pulau Jawa.
Wapres mengatakan nuklir memiliki potensi yang besar, akan tetapi dunia internasional memliki pendapat yang berbeda-beda mengenai penggunaannya.
"Jepang sudah ingin menurunkan (penggunaan) nuklirnya akibat tragedi Fukushima. Juga di Amerika Serikat (sebelumnya) tidak berkembang banyak dan sekarang mulai berkembang," ujar Kalla. Selain itu Korea Selatan dan Vietnam juga tengah mengembangkan PLTN untuk meningkatkan pasokan tenaga listriknya.
Wapres JK juga menegaskan pengembangan sumber energi di masing-masing daerah di Indonesia harus sesuai dengan ketersediaan energi. "Pertama harus tersedia (sumber energi) dengan mudah. Ada daerah yang katakanlah Pulau Kalimantan, tentu lebih mudah memakai sumber energi batu bara. Kalau di Pulau Sulawesi tentu campuran bisa (menggunakan) energi 'hydro' atau air. Untuk di Pulau Sumatera hydro juga cukup tapi energy 'geothermal' juga bisa. Untuk di Pulau Jawa juga ada 'geothermal'," papar Wapres Jusuf Kalla.