REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden, Jusuf Kalla menegaskan penggunaan nuklir sebagai energi alternatif adalah pilihan terakhir. Alasannya, masyarakat Indonesia masih sembrono untuk menggunakan teknologi canggih tersebut dan dikhawatirkan akan merugikan masyarakat.
"Jadi apalagi kita yang katakanlah agak sembrono, mengatur sesuatu tentu mengkhawatirkan untuk masyarakat," kata dia.
Kalla pun mencontohkan, Jepang yang sudah hebat dalam pengembangan teknologi saja masih terkena radiasi nuklir Fukushima beberapa tahun silam. Ia khawatir jika teknologi canggih tersebut diterapkan di tanah air, masyarakat belum benar-benar siap.
"Jepang sudah ingin menurunkan nilainya akibat Fukushima. Juga di Amerika tidak berkembang banyak dan sekarang mulai berkembang. Jerman tidak, Prancis jalan terus, Korea jalan terus," jelas Kalla Dalam acara Seminar Indonesia dan Diversifikasi Energi, Selasa (14/4).
Tak hanya itu, kondisi daerah di Indonesia yang merupakan wilayah ring of fire (cincin api) menjadi kendala pembangunan energi nuklir. Menurutnya, nuklir hanya dapat dibangun di Jawa dan wilayah lain yang memiliki kawasan industri. Namun, pembangunan di Jawa masih dinilai berbahaya karena sering kali terjadi gempa.
Selain itu, Kalla lebih memilih energi alternatif lain diluar nuklir seperti geothermal, hydro, nuklir, angin, surya, nabati, dan lainnya.