REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pihak Kepolisian Daerah (Polda) Bali melakukan sejumlah langkah antisipasi untuk mensterilkan Pulau Dewata dari pengaruh negatif Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Hal ini mengingat masyarakat Bali terdiri dari masyarakat yang multikultur dan multiagama.
"Supaya paham ISIS ini tidak berkembang di Bali, maka sudah sewajarnya kita tingkatkan kewaspadaan bersama," kata Kepala Bidang Humas Polda Bali, Kombes Pol Hery Wiranto dalam dialog bertemakan 'Sinergitas Polda Bali dan Peran Serta Masyarakat dalam Mencegah Paham Radikal dan Terorisme' di Denpasar, Selasa (14/4).
Antisipasi ini, kata Hery juga dilakukan supaya Bali jauh dari penyebaran paham ISIS dan paham radikal lainnya yang bisa memecah belah masyarakat. Contoh sederhana, aparat ikut serta mengawasi kegiatan aktivitas keagamaan, seperti dakwah yang dilakukan oleh pendakwah lokal dan luar negeri di Bali.
"Kami memantau hingga ke materi yang mereka sampaikan, namun tetap memastikan suasana kegiatan berjalan kondusif," ujarnya.
Kepala Kepolisian Sektor (Polsek) Blahbatuh, Gianyar, Kompol I Nyoman Suparta juga memastikan Gianyar steril dari gerakan penyusupan diam-diam yang potensial dilakukan ISIS. Pihaknya melakukan antisipasi dengan melakukan operasi pemeriksaan di kantong-kantong penduduk pendatang pada malam hari.
"Ini bentuk antisipasi karena kantong-kantong penduduk pendatang berpotensi disusupi (ISIS)," ujarnya.
Akhir pekan lalu, Polsek Blahbatuh menggelar operasi dan hasilnya 20 penduduk pendatang terjaring akibat tidak memiliki identitas lengkap. Mereka kebanyakan beralasan belum mengurus Kartu Identitas Penduduk Sementara (KIPS) karena hanya berlaku untuk tiga bulan. Ada juga yang mengaku belum memiliki kartu identitas karena belum sempat mengurus.