REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi kesehatan dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau, Hakim Sorimuda Pohan mengatakan, ketidakmampuan pemerintah menekan industri rokok karena selalu ditakut-takuti oleh pelaku industri. Pabrik rokok beralasan menurunyna industri rokok akan membuat banyak pekerja Indonesia kehilangan pekerjaan.
Padahal, menurut Hakim, berkembangnya industri rokok hanya memperkaya perusahaan rokok itu sendiri, bukan petani tembakau. "Industri rokok selalu memacan-macani (menggertak) pemerintah," kata Hakim saat menggelar konferensi pers di Hotel Akmani, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, pada Senin, kemarin.
Mantan politisi partai Demokrat ini juga menjelaskan, menurut statistik, angka perkembangan industri rokok tidak pernah mengalami penurunan sama sekali atau terus melonjak naik. Dari statistik tersebut, Hakim S Pohan memastikan kalau tidak ada alasan bagi para pelaku industri rokok untuk khawatir perusahaannya bangkrut hanya karena pelarangan reklame atau produk tembakau pada media luar ruangan.
Hakim mengungkapkan keprihatinannya terhadap acara-acara olahraga di Indonesia yang disponsori oleh perusahaan rokok. Menurut dia, Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang menjadikan rokok sebagai sponsorsip sebuah acara olahraga.
Hakim juga mengakui keprihatinannya atas pernyataan Menpora yang mengatakan kalau pada pagelaran Asian Games nanti, Indonesia memerlukan sponsor dari perusahaan rokok.
Hakim menceritakan beberapa persyaratan yang harus terpenuhi agar berhasil menekan angka pertumbuhan industri rokok. Persyaratan tersebut diantaranya adalah pemerintah harus mengeluarkan program yang bagus, anggaran cukup, dan memadai serta masyarakat harus membiasakan diri untuk taat hukum.