REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bio Farma dikenal sebagai perusahaan pembuat vaksin dan antisera terbesar di Indonesia. Dikancah internasional, Bio Farma juga menyokong kebutuhan 2/3 pertiga kebutuhan vaksin dunia. Namun itu saja belum cukup.
Sejak tahun 2014, perusahaan pelat merah ini mencanangkan sebagai perusahaan life science kelas dunia. Gagasan ini tercetus sejak tahun 2014. Saat itu, Direktur Produksi Bio Farma, Juliman, mengungkapkan pemerintah mengingkan adanya kemampanan sektor kesehatan di Tanah Air. Kemapanan sektor kesehatan ini pada akhirnya tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan dukungan industri siap dan mapan, dimana terdiri dari farmasi, obat herbal, dan bioteknologi.
“Pelayanan kesehatan terintegrasi ini sudah terwujud dalam Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS),” kata Juliman.
Di Indonesia, kebutuhan farmasi dan obat herbal dipenuhi dari 180 perusahaan nasional dan 20 perusahaan multinasional. Sementara untuk sektor bioteknologi, Kementerian BUMN pada saat itu memutuskan Bio Farma untuk menggarapnya.
Atas dasar inilah kemudian Bio Farma mengubah visinya dari perusahaan pembuat vaksin dan antisera dunia menjadi perusahaan life science dunia yang berdaya saing global.
“Tentunya ini membawa kewajiban memenuhi produk kebutuhan masyarakat untuk produk life science. Ini utamanya adalah memperkuat pilar bioteknologi karena industri yang bergerak di bidang ini hanya Bio Farma,” tambahnya.
Secara global, hingga akhir 2013, Bio Farma berhasil menambah jaringan ekspor baru ke 15 negara sektor swasta, 8 negara sektor institusi dalam lingkung Unicef, dan 14 negara dikawasan Amerika Latin. Di Indonesia, Bio Farma menjadi pemasok utama kebutuhan vaksin di Indonesia.