REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sebagian besar imunisasi vaksin pada bayi dan anak usia sekolah dihasilkan oleh Bio Farma. Ahli madya marketing PT Bio Farma, dr. Mahsun Muhammadi, MKK mengatakan efektivitas vaksin dalam menekan angka kematian pada anak sangat tinggi yaitu rata-rata di atas 80 persen. Secara ilmiah, vaksin terbukti dapat mencegah penyakit berbahaya seperti Hepatitis, Difteri, Tetanus dan minimal mengurangi keparahan penyakit TBC atau paru-paru.
Jika anak tidak diimunisasi, peluang atau resiko terkena penyakit bisa mengalami sakit parah hingga meninggal atau anak tersebut bisa kebal terhadap penyakit. Akan tetapi, hal ini berisiko tinggi.
"Sementara dengan divaksin, pencegahan penyakit bisa terencana dengan baik, lebih yakin, dan anak memiliki sistem kekebalan tubuh maksimal terhadap penyakit," papar Mahsun dalam seminar awam tentang Pencegahan Penyakit Menular di Sekolah, baru-baru ini.
Ia menjelaskan, manusia pada dasarnya memiliki sistem kekebalan yang bersifat umum dan spesifik. Kekebalan umum mampu menangkal berbagai macam penyakit, tetapi kekuatannya terbatas. Untuk penyakit yang berbahaya dan menular seperti tuberculosis (TBC) dan difteri, tubuh memerlukan kekebalan atau antibodi khusus. Di sinilah menuruntnya, vaksin berperan sebagai antibodi. Dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh, tubuh akan merangsang timbulnya kekebalan. Selain kekebalan, juga terdapat sel memori di dalam sistem kekebalan terhadap kuman.
Karena vaksin merupakan kuman yang sudah melalui berbagai proses pengolahan, sehingga mampu merangsang timbulnya kekebalan dan sel memori tetapi tetap aman. Vaksin menurutnya, merupakan bahan yang berasal dari kuman (bakteri-virus) yang sudah diolah sedemikian rupa, sehingga memicu timbulnya kekebalan. Sementara imunisasi ini ialah pemberian vaksin secara sengaja yang bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit menular tertentu.