REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kirap Budaya bertajuk Boyong Tirto Kautaman digelar dalam acara puncak peringatan hari air sedunia di Dusun Krapyak, Desa Margoagung, Seyegan, Sleman. Ratusan masyarakat dan pejabat kabupaten, seperti Bupati turut hadir menyaksikan agenda tersebut.
"Boyong Tirto Kautama artinya membawa tujuh mata air utama ke Embung Tirtoagung ini. Memang kami sengaja mengajak Dimas Diajeng sebagai perwakilan generasi muda. Agar mereka mau meneruskan pelestarian air ke depannya," ujar Sekretaris Dinas Sumber Daya Air Energi dan Mineral, Aji Wulantara, Ahad (12/4).
Adapun tujuh mata air yang dimaksud adalah Pusung, Sendang Planangan, Sendang Putri, Asem Gede, Sendang Mbarepan, Tuk Mraen, dan Sendang Somorai. Semua ini dilakukan sebagai simbol pentingnya menjaga mata air. Aji berharap masyarakat dapat memahami makna pagelaran kirap tersebut.
Selain dimeriahkan oleh jamasan Dimas Diajeng, acara ini pun menampilkan pertunjukan qasidah badui, dan Bregodo dari Kecamatan Sayegan. Ada lima pasang Dimas Diajeng yang disirami air keutamaan. Namun menurut Aji, sebanyak 35 orang turut mengiringi mereka untuk dijamasi.
Kirap sejauh dua kilometer itu pun diharapkan mampu memberi kesan tersendiri bagi masyarakat khususnya kaum muda, agar mereka semakin memahami pentingnya memelihara keberlangsungan air di sekitar.
"Anak muda punya semangat yang besar untuk memperhatikan sumber air. Ke depannya merekalah yang akan berperan dalam pelestarian sumber daya air," ungkap Aji.
Hal ini pun dibenarkan oleh Bupati Sleman, Sri Purnomo. Ia menyampaikan bahwa peran serta masyarakat sangat penting dalam menjaga lingkungan.
"Akan percuma jika masyarakat tidak ikut menjaga sumber air ini. Sebab yang ada di sini ya masyarakat
sekitar. Kita tidak bisa mengawasinya terus-menerus. Maka itu diharapkan masyarakat berperan aktif menjaga air di sini," kata Sri.