Ahad 12 Apr 2015 17:09 WIB

Lapan Gelar Lokakarya Gerhana Matahari Total 2016

Gerhana Matahari
Foto: science.co
Gerhana Matahari

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Indonesia  saat ini bersiap-siap untuk menyambut gerhana matahari total (GMT) pada 9 Maret 2016. GMT terjadi ketika piringan matahari tertutup oleh piringan bulan yang berada di antara matahari dan bumi. Peristiwa astronomi langka ini rata-rata berlangsung dua kali setiap tahun dan hanya dapat diamati dari sebagian kecil wilayah di permukaan bumi.

Dalam keterangannya yang diterima Republika, akhir pekan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan, pada 2001 hingga 2020, hanya terdapat tiga gerhana matahari yang teramati jelas di Indonesia. Yakni gerhana matahari cincin (GMC) pada 26 Januari 2009, GMT pada 9 Maret 2015, dan GMC pada Desember 2016.

“GMT 9 Maret 2016 itu memiliki keistimewaan karena penduduk di seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan setidkanya gerhana matahari sebagian di pagi hari,” kata Kepala Bagian Humas Lapan, Ir Jasyanto MM.

GMT bukan hanya terkait dengan aspek ilmiah, tapi juga social, budaya, serta informasi dan teknologi. Untuk itu, kata dia, Lapan akan menyelenggarakan lokakarya nasional untuk menyambut gerhana ini.

Dalam lokakarya itu, akan dibahasamengenai beragam peluang dan tantangan yang muncul dengan terjadinya gerhana. Lokakarya akan berlangsung pada Selasa (14/4) di Kantor Lapan Jl Dr Djundjunan 133 Bandung.

Menurut Jasyanto, lokakarya bertujuan untuk mengumpulkan komunitas astronomi guna membahasa peluang terkait GMT 2016 dari sudut pandang penelitian, edukasi, dan wisata. Lokakarya ini juga untuk menyusun rencana kegiatan dan berbagi informasi dalam menyambut GMT 2016.

Kegiatan ini akan dibuka oleh Kepala Lapan Pro Dr Thomas Djamaluddin dengan keynote speech Prof Dr Bambang Hidayat tentang gerhana dan gerhana matahari dari sudut pandang astronomi. Dia juga akan memaparkan mengenai gambaran umum daya tarik gerhana dari sudut pandang ilmiah hingga kebudayaan, kilas balik plus pengalaman gerhana matahari yang pernah dilakukan di Indonesia, hingga peluang dan tantangan bagi masyarakat ilmiah dan umum terkait gerhana yang akan terjadi.

Sementara itu, plenary speech akan disampaian Prof Dr Taufiq Hidayat dari Astronomi ITB dan E Sungging Mumpuni dari pusat sains Antariska Lapan. Keduanya akan memaparkan mengenai penelitian astronomi dan astrofisika serta keantariksaan terkait GMT 9 Maret 2016. Selain itu, ada juga pemaparan dari dosen fakultas ilmu budaya UGM mengenai fenomena social terkait gerhana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement