REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Ahli madya marketing PT Bio Farma, dr. Mahsun Muhammadi, MKK mengatakan dalam hal manajemen produksi, setiap tahun biofarma akan melakukan perkiraan kebutuhan baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kebutuhan di dalam negeri meliputi kebutuhan vaksin untuk pemerintah dan swasta.
"Bio Farma sudah menyiapkan produksi vaksin untuk sekitar 4,7 bayi dan prediksi dari kemungkinan untuk ekspor," papar Mahsun dalam seminar awam tentang Pengencegahan Penyakit Menular di Sekolah di Depok pada Sabtu (11/4).
Biasanya menurutnya, perencanaan sudah dilakukan satu tahun sebelumnya. Jika produksi sudah jadi dan ada kebutuhan di Kemenkes, Bio Farma akan menandatangani kontrak dengan Kemenkes. Selanjutnya, Bio Farma akan mengirim vaksin ke dinas kesehatan provinsi, dan selanjutnya disebar ke dinas kabupaten dan kota hingga ke puskesmas-puskemas. Sementara distribusi jaringan pada swasta, Bio Farma memiliki tim distributor yang bertugas untuk mendistribusikan vaksin ke seluruh Indonesia yaitu untuk keperluan rumah sakit swasta.
Selain berstandar internasional, vaksin yang dihasilkan lebih murah dan memiliki sistem manajemen rantai dingin yang baik. Bio Farma sendiri mensuplai 2/3 atau skeitar 60 persen kebutuhan vaksin dunia. Di antaranya, ekspor vaksin polio ke sejumlah negara Islam seperti Arab Saudi.
Namun demikian, Indonesia sendiri masih melakukan impor vaksin. Ia menjelaskan, saat ini Bio Farma belum memproduksi vaksin Meningitis. Karena itu, vaksin ini harus diimpor dari luar negeri. Kemudian, Bio Farma sudah memproduksi vaksin namun jumlahnya terbatas seperti vaksin BCG. Di mana menurutnya, kebutuhan akan vaksin tersebut lebih besar dari pada jumlah vaksin yang diproduksi.
Namun demikian, ia menghimbau agar tidak perlu khawatir karena Vaksin yang diproduksi baik itu oleh Bio Farma maupun impor harus diverifikasi terlebih dahulu oleh BPOM sebelum beredar. Setelah dinyatakan lulus, vaksin imunisasi tersebut baru boleh diedarkan.