REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Rapat konsolidasi Partai Golkar Sumatera Utara yang dihadiri Ketua Umum versi Munas Ancol Jakarta, Agung Laksono pada Sabtu (11/4) berlangsung ricuh.
Potensi kericuhan mulai terlihat ketika beberapa peserta rapat konsolidasi menuduh Ketua Panitia Rapat Konsolidasi yang juga Plt Sekretaris Partai Golkar Sumut Yasir Ridho Lubis sebagai pengkhianat. Kericuhan meninggi ketika Leo Nababan yang ditunjuk menjadi Plt Ketua Partai Golkar Sumut menyampaikan sambutan.
Beberapa kader yang menggunakan atribut Partai Golkar berteriak dan mengatakan kepengurusan Agung Laksono tidak sah. Leo Nababan yang berada di podium menanggapi teriakan tersebut agar seluruh kader dapat menghormati rapat konsolidasi yang tengah berlangsung.
"Silahkan anda keluar kalau ini dianggap tidak sah," katanya.
Kader yang tidak setuju dengan kepengurusan Agung Laksono tersebut berteriak lagi dan menyatakan masalah itu sedang menjalani proses hukum di PTUN. Menanggapi pernyataan itu, Leo Nababan menyatakan menghormati upaya hukum yang ditempuh kepengurusan kubu Aburizal Bakrie tersebut.
"Silahkan ke PTUN, tetapi kami menghormati keputusan Menkumham RI," katanya.
Pernyataan Leo Nababan tersebut dianggap kurang memuaskan sehingga puluhan kader yang memprotes kepengurusan Agung Laksono itu maju hingga mendekati podium. Upaya kader-kader Partai Golkar itu dikawal personel kepolisian yang menggunakan pakaian sipil agar tidak mendekati meja yang ditempati Agung Laksono.
Agung Laksono yang duduk bersama senior Partai Golkar Sumut Dharma Indra Siregar terlihat hanya tersenyum melihat suasana tersebut. Usai memberikan kata sambutan, Agung Laksono keluar dari lokasi pertemuan melalui jalur evakuasi dengan pengawalan ketat dari puluhan personel kepolisian.