Kamis 09 Apr 2015 20:27 WIB

Menkes: Indonesia Masuk Zona Darurat Gizi

Gizi buruk (Ilustrasi).
Foto: IST
Gizi buruk (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Menteri Kesehatan Nila Djuwita Moeloek mengatakan khawatir karena saat ini Indonesia masuk dalam zona darurat gizi. "Tanah kita begitu subur, kok banyak yang kekurangan gizi. Ini seperti ayam mati di lumbung padi. Seharusnya kita tak boleh kurang gizi," kata dia di Bandara Internasional Minangkabau Padang, Sumatera Barat, Kamis (9/4).

Menurutnya pemerintah harus mulai memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya gizi bagi anak-anak.

Padahal menurutnya, untuk memperbaiki gizi, masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam berbagai macam sayur dan buah. Sedangkan untuk lingkungan yang padat penduduknya, masyarakat dapat memanfaatkan pot.

Dia mengatakan, Indonesia adalah negara dengan kondisi tanah yang luar biasa. "Ibaratnya, jika seseorang melemparkan biji pepaya, biji tersebut bisa tumbuh dengan subur. Tidak seperti benua lain atau negara lain yang mempunyai empat musim," katanya.

Pepaya itu saja menurut dia, buahnya yang muda baik untuk dimakan, apalagi yang sudah matang, banyak vitamin C-nya, daunnya juga bisa dimanfaatkan. "Jadi saya pikir, tidak perlu kita sampai kekurangan gizi," ujarnya.

Ia mengatakan, berdasarkan angka tentang kondisi darurat gizi di Indonesia, nilainya sangat mengkhawatirkan. Angka rata-rata stunting(tubuh rendah) mencapai 37,2 persen dan anak kurang gizi 19 persen. Sedangkan anak obesitas naik jadi 11 persen.

"Angka ini menunjukkan tidak ada keseimbangan antara yang kekurangan dan kelebihan gizi, karena itu perlu perhatian serius,"katanya.

Sebelumnya, Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy menyatakan Indonesia saat ini masuk dalam zona darurat gizi dari 117 negara di dunia.

Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari darurat gizi, yaitu anak mengalami stunting atau kondisi tinggi badan tidak sesuai dengan usia atau bertubuh pendek, berbadan kurus yang memicu gizi buruk, dan berbadan gemuk yang memicu obesitas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement