REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Sekitar 185 anak dari 15 negara Asia Pasifik menyerukan prinsip ‘Tepa Salira’ untuk mewujudkan perdamaian dunia.
"Tepa Salira yang diambil dari bahasa Sunda sendiri sejalan dengan misi kami untuk mewujudkan perdamaian di masa depan,’’ ujar pendiri Children's International Summer Villages(CISV) Indonesia Mira Wishenda, Kamis (9/4).
Tema tersebut dianggap cocok untuk menginspirasi para peserta agar selalu bersikap toleran, menghargai , dan tidak saling berprasangka. Maka, konsep tersebut diserukan di tengah acara Asia Pasific Regional Workshop and Juniors Asia Pasific Regional Conference yang digelar di Lembang, Bandung pada 7- 12 April 2015.
Mira mengatakan, alangkah baiknya apabila penanaman nilai tenggang rasa dilakukan sejak dini. Agar, nilai tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama, dalam mengatasi berbagai konflik mulai dari konflik di keluarga, masyarakat, dan di dunia.
Dalam kegiatan ini, kata dia, semua anak yang berbeda bahasa dan budayanya mendapatkan pelatihan bagaiman menyelesaikan konflik dan resolusinya agar bisa membawa negara mereka masing-masing menuju perdamaian.
‘’Kami memberikan pelatihan dan konferensi bagaimana saling berteman dan bertukar informasi,’’ katanya.
Mira berharap, setelah pulang ke negaranya semua siswa memiliki pemahaman tentang perbedaan dan menularkannya ke masyarakat yang lain. Ajang ini, diikuti oleh anak-anak karena dinilai sebagai agen perubahan yang bisa membawa perubahan dan perdamaian di masa yang akan datang.
Anak-anak tersebut, kata dia, di antaranya dari Australia, Cina, Hongkong, India, Jepang, Mongolia, Myanmar, Selandia BAru, Filipina, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam.
Chairman CISV Asia Pasifik Tom Adarme mengatakan, jika setiap orang memiliki nilai Tepa Salira, maka seseorang akan lebih bijak dalam menghadapi situasi konflik dengan sikap toleransi.
‘’Hal ini menjadi resolusi menghadapi permasalahan perbedaan dalam masyarakat multikultur dan etnik di dunia," katanya.