REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait minuman bir memicu kritik dan protes dari berbagai lapisan masyarakat.
Anggota Komisi IX DPR RI Okky Asokawati menilai pernyataan Ahok yang mempertanyakan letak kesalahan minum bir sebagai pernyataan tidak cerdas baik secara emosional maupun sosial.
"Ibarat merokok, minum bir dapat mengakibatkan kecanduan, merusak sel otak, dan mengakibatkan peminumnya limbung atau setengah mabuk," kata, Rabu (8/4).
Politikus PPP itu menegaskan, hal yang membahayakan perkembangan bangsa tidak boleh disikapi secara tidak cerdas, karena beban BPJS Kesehatan semakin berat jika semakin banyak warga yang sakit.
Selain itu, menurut dia, peredaran minuman keras seperti bir mengancam bonus demografi karena kadar merusaknya sama seperti narkoba yang telah mengakibatkan banyak korban generasi muda, sehingga keberlangsungan peradaban negeri ini juga terancam.
Sementara Ketua Gerakan Nasional Anti Miras Fahira Idris memperingatkan Gubernur DKI Jakarta untuk tidak asal bunyi.
"Anggapan bahwa bir jika dikonsumsi dalam dosis wajar akan dapat bermanfaat bagi kesehatan adalah mitos belaka. Faktanya, bir sama berbahayanya dengan anggur (wine) atau vodka, karena mengandung banyak komposit berbahaya yang diproses dari hasil fermentasi," katanya.
Fahira memaparkan, komposit yang beracun yang biasanya meliputi fermentasi limbah antara lain mencakup aldehida, minyak fusel, metanol, dan eter.
"Yang paling bahaya dari bir adalah efek ketergantungan yang membuat kecanduan," katanya.
Sebelumnya dalam sejumlah media diberitakan, Gubernur DKI menyatakan tidak ada yang salah dari produksi dan penjualan bir, serta bila penjualan dilarang hanya akan mengakibatkan lebih banyak penyelundupan dan penjualan ilegal.