Selasa 07 Apr 2015 20:39 WIB

TNI AU Butuh 10 Radar Tambahan Amankan Udara Indonesia

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Hazliansyah
KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna menjelaskan kenangannya ketika terbang dengan pesawat tempur Hawk MK-53 di Lapangan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Kamis (12/3). (Antara/Sigid Kurniawan)
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna menjelaskan kenangannya ketika terbang dengan pesawat tempur Hawk MK-53 di Lapangan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Kamis (12/3). (Antara/Sigid Kurniawan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) membutuhkan 32 radar untuk bisa memantau dan mengamankan seluruh wilayah udara Indonesia. Saat ini TNI AU baru memiliki 22 radar, sehingga masih kurang 10 radar. 

Untuk itu, rencananya tahun ini TNI AU akan mendatangkan dua radar tambahan. 

''Tahun ini dua radar sudah datang. Mudah-mudahan setiap tahun, radar-radar itu bisa bertambah, supaya kami bisa meng-cover seluruh wilayah Indonesia,'' kata Kepala Staff Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI, Agus Supriatna kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusumah, Selasa (7/4).

Agus juga berharap penguatan radar ini dapat disertai dan didukung dengan adanya rencana pengadaan pesawat early warning system. Sehingga, sistem radar yang ada dan pesawat early warning system bisa berjalan beriringan untuk bisa mengamankan wilayah-wilayah udara Indonesia.

Sementara terkait kekuatan jumlah pesawat yang dimiliki TNI AU, Agus mengungkapkan hingga akhir 2014, TNI AU sudah memiliki 16 pesawat Sukhoi, delapan pesawat Super Tucano, dan lima pesawat F-16. Namun, TNI AU berencana memperkuat armada pesawat tempurnya, terutama untuk mencari pengganti pesawat F5 yang dianggap sudah ketinggalan zaman. 

Hal ini menjadi salah satu upaya TNI AU untuk memodernisasi kekuatan tempur salah satu matra TNI yang akan berusia genap 69 tahun pada 9 April mendatang.

Agus pun mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan kajian-kajian terutama terhadap pesawat tempur generasi 4,5, termasuk pesawat F16 dan Sukhoi 35. 

Pihak TNI AU pun telah mengajukan hasil kajian itu kepada Kementerian Pertahanan (Kemhan), kemudian TNI AU baru bisa memastikan bagaimana mekanisme kedatangan pesawat-pesawat tersebut. 

''Itu (hasil kajian) kami ajukan ke Kemenhan. Setelah ditentukan, baru ditetapkan kapan datangnya,'' lanjut Agus.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement