REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebagai kota metropolitan sekaligus ibu kota Jawa Barat, pembangunan di Kota Bandung berkembang cukup pesat. Tetapi, pembangunan menyebabkan alih fungsi lahan yang berujung pada penyusutan lahan sawah.
"Berdasarkan perhitungan BPS (Badan Pusat Statistik), ada pengurangan lahan sawah di Kota Bandung di kisaran 30-40 hektare per tahun," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan kota Bandung Elly Wasliah, Selasa (7/4).
Elly menyatakan pada 2009, total lahan sawah yang berada di Kota Bandung sekitar 1.300 hektare. Namun, di akhir 2014 luas lahan sawah yang terdapat di Kota Bandung menyusut di kisaran 1.100 hektare.
Lahan sawah tersebut lebih banyak terpusat di enam daerah sentral sawah yang berada di Bandung Timur. Keenam sentral sawah tersebut ialah Gedebage, Ujung Berung, Rancasari, Cinambo, Pancinekan dan yang terbesar di Cibiru.
Elly menilai salah satu penyebab berkurangnya lahan sawah di Kota Bandung ialah harga jual tanah yang cukup tinggi. Pemerintah Kota Bandung sendiri tidak bisa melarang pemilik lahan sawah untuk menjual tanah miliknya. Di sisi lain, Pemerintah Kota Bandung juga belum dapat menyediakan insentif agar pemilik lahan tidak menjual tanahnya untuk pembangunan.
"Insentif misalnya membebaskan atau mengurangi PBB," ujar Elly.
Pada 2015, Pemerintah Kota Bandung mencanangkan agar produksi padi meningkat dari enam ton per hektare menjadi delapan ton per hektare.
Elly berharap adanya peningkatan jumlah produksi padi dapat mengimbangi berkurangnya lahan sawah di Kota Bandung.
"Kondisi lahan sawah di Kota Bandung itu masih terluas dibandingkan kota lain yang ada di Jawa Barat," ujar Elly.