REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kerusakan terumbu karang di Indonesia ada sejumlah faktor, antara lain akibat pemanasan global dan aktivitas pencari ikan hias, kata Purwanto dari The Nature Concervancy (TNC).
"Kalau saya amati kondisi kerusakan disebabkan dari berbagai faktor, antara lain akibat alam (pemanasan global) dan aktivitas masyarakat setempat pencari ikan hias," katanya pada acara lokakarya "Konservasi Kelautan Ekoregional Sunda Kecil" di Sanur, Bali, Selasa (7/4).
Ia mengatakan pemanasan global tersebut menyebabkan terumbu karang itu mengalami pemutihan, karena sinar matahari secara langsung masuk pada terumbu karang tersebut. "Terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan, baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan," katanya.
Dikatakan kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas manusia.
Faktor fisik umumnya bersifat alami seperti perubahan suhu, dan adanya badai laut. Faktor biologis seperti adanya pemangsaan oleh biota yang berasosiasi dengan terumbu karang.
Sedangkan aktivitas manusia atau nelayan dapat berupa sedimentasi yang berasal dari penebangan hutan, penambangan karang, maupun penangkapan ikan hias di sekitar kawasan terumbu karang.
Kondisi karang di Indonesia pada saat ini adalah empat persen dalam kondisi kritis, 46 persen telah mengalami kerusakan, 33 persen kondisinya masih bagus dan sekitar tujuh persen kondisinya bagus sekali.
"Menurut saya langkah yang dilakukan adalah semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat menjaga lingkungan sekitar, sehingga kerusakan terumbu karang tersebut bisa ditekan secara minimal," katanya.