REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukardi Rinakit mengatakan, Kementerian BUMN telah mencoba mengkonfirmasi kepadanya terkait keputusan RUPS PT Bank Tabungan Negara (BTN). Namun sayang, dirinya susah dihubungi sehingga penolakan atas putusan itu datang agak terlambat.
Sukardi beralasan telepon genggam miliknya yang sudah usang dan ringkih sehingga susah dihubungi saat putusan RUPS diketok. "Ternyata konfirmasi ke saya untuk jadi Komisaris Utama BTN sudah coba dilakukan oleh Kementerian BUMN. Tetapi HP saya hari-hari itu memang sering "hang". Maklum HP tua atau mungkin kebanyakan data. Sehingga tidak bisa dihubungi," jelas Sukardi melalui pesan singkatnya, Senin (6/4).
Sukardi melanjutkan, dirinya enggan menerima posisi Komut BTN karena dia menilai performa BTN sudah sangat baik. Dia tidak ingin masuk ke BTN dengan kapasitas yang tidak sesuai untuk membenahi BTN.
"Kalau saya masuk, padahal hati saya tidak di situ dan saya bukan bankir (kepala saya kosong tanpa konsep soal perbankan) maka saya tidak akan produktif dan akhirnya hanya menjadi beban BTN," ujarnya.
Seperti diketahui, setelah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Selasa (24/3) lalu, pengamat politik dari Soegeng Sarjadi Sydicate (SSS) itu justru menolak jabatannya sebagai komisaris utama di bank tersebut. Namun, kabar mundurnya Sukardi muncul setelah publik mempertanyakan posisinya yang juga dinilai dekat dengan istana.