REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Nasib awak angkutan umum selalu sial setiap kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Sejumlah sopir angkutan umum di Kota Solo, Jawa Tengah mengeluhkan kebijakan pemerintah yang mulai aktif sejak 28 Maret lalu itu.
Setiap ada kenaikan harga BBM, awak angkutan selalu buntung. ''Kenapa buntung? Karena kenaikan BBM kali ini tidak dibarengi dengan naiknya tarif angkutan,'' ujar Sukamto (50 tahun), seorang sopir, Jumat (3/4).
Menurut salah satu sopir angkutan kota Soleh (47), meskipun biaya operasional angkutan membengkak, namun dirinya masih tetap menggunakan tarif lama, yakni Rp 2.000 untuk anak sekolah dan Rp 4.000 untuk dewasa.
Dengan menerapkan tarif lama seperti ini, jelas kondisi saat ini sangat menyulitkan sopir angkutan.
“Mau menaikkan tarif sendiri nanti kesalahan. Tapi, kalau tidak dinaikkan tarif, pulang tidak membawa uang. Untuk setoran saja tidak cukup,'' ujar sopir lainnya, Parmanto (45).
Menurut penuturan awak angkutan kota di sini, dalam satu hari biasanya hanya memperoleh Rp 80 ribu-Rp 90 ribu dengan setoran Rp 40 ribu perhari dan Rp 30 ribu buat beli bensin. Sisanya, digunakan buat makan.
''Sekarang harga BBM naik, kita bingung untuk menyiasati. Bahkan, selama tiga hari ini kita sempat pulang tidak bawa apa-apa,'' ujarnya.
Keluhan sama diutarakan sopir angkutan lain, Wasiman (58). Ia mengaku, jika kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM membuat dirinya harus putar otak.
''Serba sulit,'' kata Wasiman.