Kamis 02 Apr 2015 16:45 WIB

Jangan Jadikan Kata Autis Bahan Olok-olokan

Autisme. Ilustrasi
Foto: timeanddate.com
Autisme. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Masyarakat diminta untuk tidak menjadikan kata autis menjadi bahan olok-olokan karena itu tidak etis untuk bercanda, kata Koordinator Pelaksana Peringatan Hari Autis Sedunia, Rahma Teti di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Kamis (2/4).

Menurut dia, saat ini kencederungan yang berkembang di tengah masyarakat kata autis sering menjadi bahan olok-olokan, seperti jika ada perilaku seseorang yang menyendiri akan disebut autis dan semua akan tertawa mendengarnya. "Padahal penyandang autis tidak pernah meminta mereka terlahir sebagai autis oleh sebab itu mari hargai dan tingkatkan kepedulian," ujarnya.

Ia menjelaskan sebenarnya penyandang autis memiliki keunikan dan mampu berbaur dengan orang normal serta memiliki prestasi yang menonjol di sekolah.

Ia mengatakan saat ini perhatian pemerintah terhadap penyandang autis sudah cukup baik dengan disediakannya sekolah inklusi.

Sebelumnya, pakar terapi autis, Arneliza Anwar R Sutadi menyebutkan jangan jadikan autis sebagai bahan olok-olok karena dapat disembuhkan. "Hentikan mengolok-olok autis karena mereka juga manusia sama dengan yang lainnya", ujarnya.

Menurutnya, autis berbeda dengan disabilitas karena autis lebih kepada gangguan interaksi, komunikasi sementara disabilitas hanya gangguan pada salah satu fungsi tubuh yang permanen, kata dia.

Pada peringatan Hari Autis Sedunia 2015 Dinas Pendidikan Kota Padang bekerja sama dengan sembilan sekolah autis menggelar aksi simpatik dalam bentuk jalan santai diikuti sekitar 280 anak berkebutuhan khusus. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih peduli terhadap penyandang autis.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Sumbar, Syamsulrizal mengatakan anak penyandang autis merupakan anak spesial yang diamanahkan Tuhan kepada orang tuanya. Mari Didik mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang agar jadi anak yang bisa mandiri dan juga berguna bagi sesama, ujarnya.

Ia menyebutkan saat ini di Sumbar sudah ada enam kabupaten dan kota yang telah menyelenggarakan sekolah inklusi. Bagi yang menyandang autis ringan dan sedang dapat belajar di sekolah umum, untuk yang berat di sekolah inklusi, lanjut dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement