REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sebanyak 33 rumah sakit di Kota Tangerang bersama Pemerintah Kota (pemkot) Tangerang dan DPRD serta perwakilan organisasi profesi menandatangai komitmen bersama Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Rabu (1/4).
Meskipun angka kematian bayi di Kota Tangerang jauh di bawah Angka Kematian Bayi (AKB) Nasional yang mencapai 32/1000 kelahiran, namun perlu ada langkah nyata dari pemerintah atau swasta.
"Makanya kita akan bikin perwal terkait dengan hal itu," ujar wali kota saat memberikan sambutan dalam acara Inisiasi Pembentukan Pokja Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Ruang Akhlakul Karimah.
Pemkot Tangerang melalui Dinas Kesehatan juga telah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal yang diharapkan menjadi pengawal atau motor penggerak terciptanya sistem rujukan maternal dan neonatal yang efektif dan efisien.
Anggota pokja tersebut berasal dari berbagai unsur pemerintah, rumah sakit, perwakilan DPRD Kota Tangerang, PMI, BPJS, Forum Kota Tangerang Sehat serta Organisasi Profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan organisasi profesi lainnya.
Selain itu, untuk menyederhanakan sistem rujukan yang rumit pemkot Tangerang akan membangun sistem informasi Pengelolaan Informasi Rujukan Gawat Darurat dengan menggunakan sms gateway yang terkoneksi dengan seluruh rumah sakit di Kota Tangerang.
"Bidan atau anggota pokja bisa mengakses langsung terkait info rumah sakit yang akan dirujuk sehingga rujukan bisa cepat dilaksanakan tanpa harus bolak-balik," ujarnya.
Pada 2014, terdapat 35.067 kelahiran hidup dan jumlah kematian bayi sebanyak 120 kasus. Artinya dari 1000 bayi yang dilahirkan di Kota Tangerang ada empat bayi yang meninggal. Angka tersebut masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 32 bayi meninggal dalam 1.000 kelahiran.