Rabu 01 Apr 2015 18:26 WIB

48,2 Persen Kader Merasa PDIP tak Harus Dipimpin Trah Soekarno

Rep: Agus Raharjo/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kader PDIP (ilustrasi)
Kader PDIP (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mengeluarkan hasil sensus nasional soal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Dalam sensus ini didapatkan fakta mengejutkan soal estafet kepemimpinan dari trah Soekarno. Pasalnya, selama ini, trah Soekarno memang melekat di dalam PDIP dengan sosok sentral Megawati Soekarno Putri.

Dari sekitar 2000 responden yang diwawancarai secara mendalam, hampir separuh kepengurusan PDIP di daerah menyatakan tidak ingin kepemimpinan PDIP dipegang oleh trah Soekarno. Meskipun, masih lebih dari separuh pengurus daerah menginginkan trah Soekarno memegang tampuk kepemimpinan. Namun, selisih suara keduanya sangat tipis.

"Saat ditanya apakah PDIP harus selalu dipimpin oleh trah Soekarno, 51,2 persen masih menginginkan itu sedangkan 48,2 persen menjawab tidak harus dari trah Soekarno," kata peneliti CSIS, Philips J. Vermonte di Jakarta, Rabu (1/4).

Vermonte menambahkan, pemilik suara di daerah yang menganggap tak harus trah Soekarno yang memimpin PDIP, menempatkan nama-nama tokoh seperti Joko Widodo (Jokowi), Ganjar Pranowo, Pramono Anung. Jokowi menjadi kandidat tertinggi non trah Soekarno dengan indeks 47,3 persen disusul Ganjar Pranowo dengan indeks 14,9 persen dan Pramono Anung 11,3 persen.

Sedangkan bagi pengurus yang masih ingin trah Soekarno memimpin masih percaya Megawati duduk di kursi pimpinan tertinggi dengan indeks 57,4 persen. Disusul Puan Maharani dengan indeks 30,2 persen dan Prananda Prabowo 5,4 persen. Menurut Vermonte ada keanehan di internal PDIP sendiri.

Sebab, di satu sisi masih ada keinginan kuat untuk memilih Megawati menjadi kader, tapi di sisi lain nama Jokowi muncul dengan kuat juga. "Artinya, proses demokratisasi di PDIP harus dilakukan dari atas ke bawah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement