REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus (Himpuh) mengaku belum memiliki langkah antisipasi terkait keamanan calon jamaah haji karena adanya konflik antara Arab Saudi dan Yaman. Hal tersebut disampaikan oleh ketua Himpuh, Baluki Ahmad.
Ia mengatakan, karena berkaitan dengan peperangan maka langkah antisipasi keamananan calon jamaah haji akan diserahkan kepada negara. Sejauh ini, Himpuh juga belum diajak berdiskusi oleh pihak kenenterian agama untuk membahas hal tersebut.
"Kita belum ada labgkah antisispasi . Nanti negara karena tingkat pertempuran. Belum ada pembahasan juga dengan kementerian agama, menteri agama juga belum mikir apalagi kita," ujar Baluki Ahmad kepada Republika, Selasa (31/3).
Ia menjelaskan, Yaman merupakan bagian yang harus dilewati ketika melakukan ibadah haji. Jika pada musim haji peperangan masih terjadi maka dianggap tidak memenuhi syarat perjalanan ibadah haji. Sehingga keberangkatan menjadi tidak wajib.
Ia melanjutkan, Isthithaah bukan hanya berkaitan dengan uang dan kesehatan saja. Tetapi juga isthithaah perjalanan. Sehingga jika terjadi situasi keamanan yang tidak mungkin untuk dilewati maka tidak diperbolehkan berhaji.
"Semua khwatir kalau perangnya masih jalan. Karena yaman bagian yang harus kita lewati.Kita berharap minggu depan perangnya berakhir, nggak harus nunggu haji. Sehingga tidak ada peperangan di dunia ini," katanya.