REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilot pesawat Citilink QG 142 rute Halim Perdana Kusuma menuju Bandara Kualanamu Medan mendadak pingsan di tengah penerbangannya, Senin (30/3). Bagi Kementerian Perhubungan, kejadian seperti ini tidak bisa dijamin karena kondisi kesehatan berada di luar kendali.
"Kalau terjadi seperti ini kan susah juga. Kesehatan orang kan nggak bisa dijamin," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub, JA Barata, Senin (30/3).
Menurutnya, semua orang bisa sakit sewaktu-waktu. Termasuk pilot pesawat yang bernama Kapten Eddy Soeroso itu. Kesehatan seseorang bisa berubah-ubah tanpa jaminan akan selalu dalam kondisi prima.
Jadi dikatakannya, ini bukan soal lolos atau tidaknya dalam cek kesehatan. Hanya saja walaupun sudah dicek namun pada kenyataannya kondisi bisa saja terjadi sesuatu di luar kendali pilot ataupun maskapai penerbangannya sendiri.
Ia juga menyebutkan, pilot memang diperiksa kesehatannya tiap enam bulan sekali. Itu juga tidak menjamin kesehatannya akan selalu prima.
Pemeriksaan itu, kata dia, hanya upaya untuk mencegah hal yang tidak diharapkan. Bukan menjadi patokan lolos atau tidaknya seorang pilot untuk menerbangkan pesawat. Jika kondisi seperti ini dikatakannya susah untuk dikendalikan atau diawasi.
Sebelumnya dikabarkan pesawat Citilink QG 142 kembali ke Bandara Halim Perdana Kusuma dalam perjalanannya ke Bandara Kualanamu Medan. Hal ini disebabkan pilot pesawat yang tiba-tiba pingsan. Kopilot yang bersamanya langsung mengambil kendali dan memutuskan kembali ke Halim.