Senin 30 Mar 2015 22:36 WIB

Petani tak Nikmati HPP Rp 3.700 per Kg

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
  Pekerja menjemur gabah padi hasil panen di Jambu, Kabupaten Semarang, Selasa (3/2).
Foto: Antara
Pekerja menjemur gabah padi hasil panen di Jambu, Kabupaten Semarang, Selasa (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Jelang puncak panen raya di Kabupaten Karawang, Jabar, harga gabah mulai mengalami penurunan. Kondisi tersebut, dikeluhkan sejumlah petani. Pasalnya, saat puncak panen raya harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.700 per Kg, tak bisa lagi berpihak kepada petani.

Ketua HKTI Kecamatan Tempuran, Ijam Sujana, mengatakan, saat ini harga gabah antara Rp 3.700-3.800 per kilogram dalam kondisi basah. Akan tetapi, harga tersebut dipastikan akan terus turun sampai puncak panen raya. Saat puncaknya itu, harga gabah semakin terjun bebas. Namun, HPP yang telah ditetapkan pemerintah tak bisa menyelamatkan gabah petani.

"Jadi, kalau pas puncak harga terendah, HPP tak bisa menyelamatkan kami," ujar Ijam, kepada Republika, Senin (30/3).

Tak hanya itu, HPP yang besarannya Rp 3.700 per Kg itu sebenarnya dinilai sangat rendah. Sebab, bila dikalikan dengan rata-rata hasil produksi petani yang hanya mendapat tiga ton per hektare. Maka, kerugian yang diderita petani mencapai Rp 5 juta per hektare.

Karena itu, petani Karawang meminta supaya HPP naik minimalnya jadi Rp 4.200 per Kg. Bila HPP Rp 4.200 per Kg, maka petani mendapat keuntungan Rp 3 juta per hektare per musim.

Dengan begitu, lanjut Ijam, petani meminta supaya pemerintah mengkaji lagi besaran HPP. Jangan sampai HPP justru semakin menyengsarakan petani.  "Seharusnya, HPP bisa menguntungkan petani. Supaya, harga gabah tak dikendalikan terus oleh tengkulak," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement