Senin 30 Mar 2015 19:16 WIB

'Satu dari 14 Siswa SMU Setuju Gerakan ISIS'

Rep: reja irfa widodo/ Red: Damanhuri Zuhri
Gerakan ISIS
Foto: VOA
Gerakan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan survey persepsi yang dilakukan SETARA Institute, setidaknya satu dari 14 siswa SMU di Jakarta dan Bandung setuju dengan adanya gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Survey persepsi ini dilakukan terhadap 171 SMU Negeri dengan sampel 114 sekolah, yang terdiri dari 76 sekolah di Jakarta dan 38 sekolah di Bandung, Jawa Barat.

Menurut Direktur Riset SETARA Institute, Ismail Hasani, survey ini dilakukan selama sepuluh hari, 9 hingga 19 Maret 2015 dengan menggunakan simple random sampling masing-masing sekolah diambil enam siswa/siswi sebagai responden. Alhasil, secara total, responden dari survey ini mencapai 684 orang.

Selain itu, dengan populasi 171 sekolah, tingkat kepercayaan mencapai 95 persen dengan //margin of error// sebesar 4,7 persen. Dari total responden, Ismail menjelaskan, 75 persen responden mengaku pernah mendengar soal ISIS. Namun ada pandangan berbeda terkait ISIS ini.

Sebanyak 36,2 persen berpendapat ISIS adalah kelompok terror yang sadis. Kemudian, 30,6 persen menilai ISIS sebagai pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama.

Sedangkan 16,9 persen menyebut, ISIS adalah perjuangan mendirikan negara-negara Islam di dunia atau khilafah. Sisanya sebanyak 4,5 persen responden menyatakan ISIS adalah anti negara-negara Barat.

Namun, ada fenomena menarik terkait persepsi siswa SMU negeri ini soal ISIS. Dari 515 responden yang mengetahui soal ISIS, sebanyak 9,5 persen atau sekitar 49 responden setuju dengan gerakan ISIS.

Jika dilihat dari total responden yang berjumlah 684 orang, angka 49 ini berarti 7,2 persen. ''Akhirnya dengan kata lain satu dari 14 siswa setuju dengan adanya gerakan ISIS,'' ujar Ismail kepada wartawan di Kantor SETARA Institute, Jakarta, Senin (30/3).

Namun, Ismail menambahkan, pernyataan setuju ini bukan berarti siswa-siswa tersebut memiliki ketertarikan terhadap ISIS. Kendati begitu, angka statistik ini bisa menjadi peringatan serius dan harus mendapat penyikapan bersama oleh semua pihak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement