Senin 30 Mar 2015 09:53 WIB

Sektor Pertanian di Bali Dinilai Memprihatinkan

Pemandangan lahan pertanian. Ilustrasi
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Pemandangan lahan pertanian. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr Wayan Windia menilai, perkembangan sektor pertanian di Bali cukup memprihatinkan akibat para petani, peternak, nelayan kecil dan buruh tani menghadapi banyak masalah.

"Kondisi itu diperparah dengan lahan garapan yang sempit, akibat fisik wilayah Bali yang terbatas," kata Prof Windia yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unud di Denpasar, Senin (30/3).

Ia mengatakan, subsektor tanaman pangan, misalnya produktivitas aktual (ton/ha) masih jauh di bawah produktivitas potensial, yaitu rata-rata hanya mencapai 70 persen.

Demikian pula intensitas pertanaman (IP) lahan pertanian di daerah Bali sangat terbatas dan kelembagaan subak nampaknya merupakan potensi khusus yang bisa dimanfaatkan memberdayakan petani yang masih dipandang sangat lemah.

Sebaliknya subsektor peternakan yakni permintaan yang tinggi terhadap produk daging, telur, susu, dan hasil peternakan oleh penduduk lokal, domestik, maupun wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Bali merupakan tantangan sekaligus peluang yang sangat baik.

Sementara penerapan sapta usaha, terutama rekayasa teknologi bibit dan pakan ternak akan dapat meningkatkan populasi dan produksi ternak.

Namun lahan kritis dan lahan tidur dapat dimanfaatkan untuk penanaman hijauan makanan ternak dan penerapan sistem tiga strata, sehingga dapat meningkatkan penyediaan pakan ternak.

Sedangkan limbah hasil pertanian seperti jerami belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk pakan ternak serta peluang pasar, terutama perdagangan antar-pulau komoditas peternakan dapat merangsang petani untuk meningkatkan populasi dan produksi hasil ternak.

Subsektor perikanan yakni lahan sawah belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk budidaya minapadi. Pada sisi lain produktivitas tambak masih di bawah produktivitas potensial.

Potensi perikanan laut lebih banyak

dimanfaatkan oleh pemodal asing yang kuat, yang memarjinalkan pengusaha kecil lokal, ujar Prof Windia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement