Ahad 29 Mar 2015 19:08 WIB

Indef: Masyarakat Indonesia tak Terbiasa Harga BBM Naik Turun

Rep: C26/ Red: Bayu Hermawan
Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/3).  (Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Seorang petugas melayani penjualan bahan bakan minyak (BBM) di salah satu SPBU Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (18/3). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finace (Indef), Eko Listyanto mengatakan masyarakat Indonesia tidak terbiasa dengan kebijakan pemerintah dalam menaikan dan menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), seperti saat ini.

"Masyarakat nggak siap, di luar negeri mereka sudah terbiasa dengan hal seperti ini," kata Eko kepada Republika, Ahad (29/3).

Eko mengatakan wajar jika kembali naiknya harga BBM membuat masyarakat terkejut. Menurutnya kondisi naik turun BBM seperti saat ini, sudah biasa dirasakan di luar negeri seperti Amerika. Hal ini dikarenakan struktur pasar di sana cenderung oligopoli. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memosisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar.

"Jadi kenaikan bahan pokok seperti minyak akan langsung berpengaruh pada pasar.  Masyarakat Amerika sudah terbiasa menyikapi kebijakan yang seolah-olah bisa berubah kapan saja," jelasnya.

Sementara di Indonesia, ujar dia, di samping masyarakat tidak terbiasa dengan naik - turun BBM, minimnya sosialisasi pemerintah juga memiliki dampak. Oleh karena itu, kondisi menjadi bergejolak akibat protes dan kritikan pedas kepada pemerintah.

Ini yang dianggap Eko sebagai ketidakadaan strategi pemerintah dalam mengendalikan harga minyak di Indonesia. Ia juga menyayangkan minimalnya sosialisasi dari pemerintah terhadap kenaikan salah kebutuhan pokok masyarakat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement