Ahad 29 Mar 2015 17:45 WIB

Melemahnya Rupiah Dinilai Bisa Berbuntut PHK

Rupiah Semakin Melemah: Teller menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Rupiah Semakin Melemah: Teller menghitung uang rupiah di Banking Hall Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (11/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah menilai melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa berdampak pada pemecatan pekerja.

"Penguatan dolar AS berdampak pada semakin tingginya ongkos produksi industri dalam negeri, di sisi lain industri juga harus membayar ribuan tenaga kerja," kata Ketua Apindo Jateng Frans Kongi di Semarang, Ahad (29/3).

Menurutnya, jika pelemahan rupiah terus terjadi maka pengusaha akan kesulitan membayar para tenaga kerja, dengan demikian kondisi tersebut bisa berdampak pada pemecatan tenaga kerja.

"Jangan diartikan penguatan dolar ini lantas membuat sektor industri bahkan yang pangsa pasarnya ekspor menikmati omzet yang lebih besar," katanya.

Diakuinya, jika pelemahan mata uang rupiah terus terjadi maka akan berakibat pada kerugian yang semakin besar bagi sektor industri. Kondisi tersebut tidak lepas dari besarnya ketergantungan industri lokal terhadap bahan baku impor.

"Beberapa bahan baku untuk industri dalam negeri yang masih diimpor di antaranya besi, baja, dan bahan baku untuk tekstil," katanya.

Bahkan, dalam satu produksi, 60-70 persen bahan baku yang digunakan masih harus impor. Selain bahan baku, menurutnya mesin-mesin pabrikan pun juga harus didatangkan dari luar negeri.

Oleh karena itu, pihaknya berharap ada upaya dari pemerintah untuk segera menstabilkan kondisi rupiah seperti yang terjadi beberapa bulan lalu, yaitu di kisaran Rp 11 ribu-12 ribu.

"Paling tidak kondisi rupiah tidak lagi fluktuatif karena ini akan sangat meresahkan bagi para pengusaha terutama yang produksinya masih tergantung dengan negara asing," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement