REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Komunitas Earth Hour Padang bersama-sama pemerintah setempat, mengkampanyekan behave your change dengan gerakan hemat energi di Sumatra Barat (Sumbar).
"Tujuan utama (60+ Earth Hour di Padang) adalah behave your change. Memang perubahan perilaku tak bisa instan, pelan-pelan," kata Andahayani Joseph, koordinator aksi 60+ Earth Hour bertajuk 'Padang Kalam Mengajak Masyarakat Hemat Energi', Sabtu (28/3).
Penyalaan lilin menandai gerakan global yang juga dilakukan di 162 negara dan 30 kota di Indonesia. Di Indonesia sendiri, ujar dia, terbagi menjadi tujuh regional, yaitu Sumatra, Jabodetabek, Kalimantan, Daerah Istimewa Yogyakarta - Jawa tengah, Sulawesi, Denpasar (Bali) dan Mataram (NTB).
Dikatakannya, masing-masing regional mempunyai isu yang akan dikembangkan selama satu tahun ke depan. "Kita, regional Sumatra, dapat isu biodiversity. Nah Sumbar, Padang, dapat aksi birukan laut. Jadi selama satu tahun ke depan, kita fokus ke konservasi laut," tutur Andahayani.
Ia menjelaskan, konservasi laut akan fokus kepada terumbu karang, penyu, mangrove dan sebagainya. Meskipun fokus yang dilakukan adalah upaya birukan laut, namun upaya lain dari kampanye hemat energi tidak akan dihentikan.
Acara ini, ujar dia, adalah gerakan mematikan lampu selama satu jam yang bisa dilakukan oleh semua lapisan elemen masyarakat. Memadamkan lampu, menurutnya adalah suatu hal sederhana, namun jika dilakukan bersama-sama, akan memberikan efek yang luar biasa.
Ia menambahkan, yang paling diharapkan dari aksi 60+ Earth Hour adalah peran serta pemerintah. Menurutnya, pemerintah setempat sudak melek akan perayaan kampanye penghematan energi pada 2015 ini. Padang, lanjut dia, menjadi kota kedua setelah Banda Aceh yang mengeluarkan surat edaran tentang aksi mematikan lampu serentak.
"Artinya (adanya) upaya-upaya srtategis yang dilakukan pemerintah, itu tujuan utama kami. Karena, aksi-aksi seperti ini, kalau tak di support putusan strategis dari pemerintah, akan kurang berdampak dan berdaya," jelas Andahayani.